Apa itu Gejala Hipotensi?

Hipotensi, atau tekanan darah rendah, terjadi ketika tekanan darah seseorang turun di bawah tingkat normalnya. Karena apa yang dapat dianggap sebagai tekanan darah rendah untuk satu orang mungkin tinggi bagi orang lain, sulit untuk menentukan apakah kondisi tersebut jinak atau menunjukkan masalah yang lebih serius tanpa evaluasi dan pengujian lebih lanjut. Gejala dapat bervariasi menurut derajat dan presentasi tergantung pada individu. Mengingat tidak ada pengobatan yang mapan untuk mengurangi gejala hipotensi, individu didorong untuk secara mandiri mengambil tindakan proaktif untuk meningkatkan tekanan darah mereka, yang mungkin termasuk menerapkan perubahan pola makan dan perilaku. Jika tekanan darah seseorang tetap rendah, penggunaan obat resep secara teratur mungkin diperlukan untuk menstabilkan tekanan darahnya.

Tanda-tanda awal hipotensi episodik dapat menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala ringan, pusing, dan gangguan penglihatan. Tidak jarang memiliki gejala hipotensi ketika seseorang tiba-tiba berdiri setelah duduk dalam waktu yang lama, suatu kondisi yang dikenal sebagai hipotensi ortostatik. Tekanan darah rendah dapat menyebabkan perasaan mual, kelelahan yang nyata, dan rasa haus yang berlebihan. Individu juga dapat mengembangkan kulit lembab, pucat, dan pernapasan dangkal.

Gejala hipotensi ringan biasanya dianggap sebagai kejadian normal yang dapat terjadi secara episodik pada siapa saja dari segala usia. Saat gejala berkembang dalam tingkat keparahan dan frekuensi, masalah mendasar yang lebih serius mungkin muncul. Memantau tanda dan mencatat frekuensinya, termasuk waktu, tingkat keparahan, dan situasi, dapat berguna dalam menentukan penyebabnya.

Gejala hipotensi berat dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami komplikasi parah dan mengancam jiwa. Kekurangan oksigen yang berkepanjangan, seperti yang mungkin terjadi pada tekanan darah rendah, dapat mengganggu fungsi organ yang tepat. Misalnya, sakit kepala ringan umumnya menunjukkan kekurangan oksigen sesaat di dalam otak. Jika otak kekurangan oksigen cukup lama, kerusakan permanen dapat terjadi. Ketika gejala hipotensi diabaikan, terlepas dari tingkat keparahannya, individu memiliki peningkatan risiko kerusakan organ yang signifikan dan mungkin mengalami syok.

Diagnosis hipotensi umumnya dibuat melalui pemberian berbagai tes diagnostik. Individu dapat menjalani serangkaian tes tekanan darah untuk menentukan apakah ada pola pembacaan rendah dan tingkat keparahannya. Elektrokardiogram (EKG) dan tes stres dapat digunakan untuk mengevaluasi konduktivitas listrik, ritme, dan kondisi jantung secara keseluruhan. Tes darah juga dapat digunakan untuk menentukan apakah ada penyebab neurologis atau fisiologis yang mendasari tekanan darah rendah individu tersebut.

Tujuan pengobatan untuk hipotensi adalah untuk mengembalikan tekanan darah individu ke tingkat yang stabil dan dapat diterima. Dalam kasus di mana hipotensi tampak idiopatik, perubahan pola makan, seperti meningkatkan asupan natrium, dapat diterapkan. Perubahan perilaku, seperti mengadopsi kebiasaan minum lebih banyak air sepanjang hari, juga terbukti bermanfaat dalam memulihkan tekanan darah normal. Obat-obatan juga dapat digunakan untuk membantu meningkatkan volume darah dan menstabilkan tekanan darah.
Tekanan darah pada dasarnya adalah kekuatan yang digunakan untuk mengedarkan darah melalui arteri. Saat mengevaluasi tekanan darah seseorang, dua angka, sistolik dan diastolik, dipertimbangkan secara keseluruhan untuk menentukan apakah tekanan arteri seseorang tinggi, normal, atau rendah. Penting untuk diingat bahwa meskipun ada standar yang ditetapkan untuk menafsirkan tekanan darah, perbedaan kecil dapat terjadi dari satu orang ke orang lain tergantung pada faktor fisiologis dan genetik.

Meskipun dalam kebanyakan kasus hipotensi terjadi secara idiopatik, yang berarti tidak ada alasan untuk presentasinya, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tekanan darah seseorang turun di bawah kisaran normalnya. Adanya penyakit, infeksi, dan defisiensi diet paling sering dikaitkan dengan manifestasi gejala hipotensi. Seringkali, penggunaan obat-obatan tertentu secara teratur, seperti diuretik dan beta blocker, juga dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang, menyebabkannya turun di bawah tingkat normal dan memerlukan perubahan dosis atau penghentian obat.