Kebanyakan orang percaya bahwa ada hubungan antara refluks asam dan stres. Banyak penderita refluks asam melaporkan gejala yang lebih akut selama masa stres. Studi belum menunjukkan hubungan langsung antara refluks asam dan stres, tetapi stres mungkin secara tidak langsung bertanggung jawab atas serangan refluks asam.
Refluks asam, juga dikenal sebagai penyakit refluks gastroesofageal (GERD), adalah suatu kondisi ketika asam lambung naik ke bagian bawah kerongkongan. Sfingter esofagus bagian bawah (LES) bertanggung jawab untuk menjaga asam agar tidak mengalir ke kerongkongan, tetapi dalam kasus refluks asam, LES berelaksasi. Berbeda dengan lapisan lambung, kerongkongan tidak mampu menahan asam lambung, menyebabkan iritasi dan sensasi terbakar.
Stres belum ditemukan menyebabkan LES rileks dan memicu serangan refluks asam. Meskipun demikian, orang sering melaporkan peningkatan insiden refluks asam selama periode stres, dan tampaknya ada hubungan antara refluks asam dan stres. Hal ini menyebabkan banyak peneliti menyimpulkan bahwa refluks asam dan stres dihubungkan oleh beberapa efek stres lainnya yang terdokumentasi.
Misalnya, selama periode stres, tubuh memprioritaskan fungsi penting untuk melawan-atau-lari dan menunda proses lain sampai stres berlalu. Otot, jantung, dan paru-paru diberi makanan dan oksigen ekstra agar bisa bekerja lebih keras. Bahan bakar ini dialihkan dari fungsi-fungsi yang kurang penting, termasuk pencernaan. Ketika proses pencernaan melambat, makanan tetap berada di perut lebih lama, dan lebih banyak tekanan ditempatkan pada LES. Hyperacidity juga dapat terjadi akibat pencernaan yang lebih lambat, dan kondisi ini dapat menyebabkan refluks asam.
Perilaku adalah hubungan lain antara refluks asam dan stres. Pada saat stres, orang cenderung makan berlebihan atau mencari makanan yang menenangkan. Orang yang stres lebih cenderung merokok lebih banyak atau mengonsumsi lebih banyak alkohol. Kegemaran yang berlebihan menempatkan tekanan tambahan pada LES, membuat refluks asam lebih mungkin terjadi.
Meskipun refluks asam dan stres tampaknya tidak terkait secara langsung, mengurangi stres seringkali merupakan cara yang efektif untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan refluks asam. Para peneliti setuju bahwa mengelola stres memberikan sejumlah manfaat, termasuk pencernaan yang lebih baik. Teknik relaksasi seperti pijat, meditasi atau waktu tenang sederhana dapat membantu mengurangi tingkat stres. Olahraga adalah metode yang sangat berguna untuk mengelola stres, karena memiliki manfaat tambahan untuk mengurangi berat badan, yang juga akan membantu mengurangi gejala refluks asam.