Apakah Imunisasi Gondongan Aman?

Imunisasi gondongan aman dan sangat efektif dalam mencegah timbulnya virus gondongan pada anak kecil. Sejak imunisasi gondok pertama tersedia pada tahun 1967, ratusan juta dosis telah diberikan, dengan catatan keamanan yang sangat baik. Vaksin ini sangat direkomendasikan oleh beberapa kelompok medis terkemuka, termasuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Juga, tidak ada bukti ilmiah bahwa imunisasi gondok atau imunisasi populer lainnya untuk penyakit masa kanak-kanak seperti campak, rubella atau cacar air, menyebabkan autisme.

Imunisasi gondok sering dikombinasikan dengan vaksin lain dan diberikan sebagai vaksin campak-gondong-rubella (MMR). Dosis pertama MMR biasanya diberikan kepada bayi yang berusia 12-16 bulan. Dosis pertama imunisasi MMR ini terbukti memberikan 97 persen kekebalan terhadap gondok, 95 hingga 98 persen kekebalan terhadap campak, dan 95 persen kekebalan terhadap rubella. Dosis kedua biasanya diberikan pada anak usia sekolah antara 4-6 tahun. Dosis kedua ini dimaksudkan untuk memberikan kekebalan bagi anak-anak yang tidak menanggapi dosis pertama.

Umumnya, efek samping vaksin MMR ringan. Banyak anak mungkin merasakan nyeri di area di mana suntikan diberikan, dan nyeri tersebut mungkin berlangsung selama beberapa jam. Demam adalah efek samping umum lainnya, dan itu terjadi pada sekitar 5-15 persen dari semua penerima. Ruam ringan juga dapat mempengaruhi sekitar 5 persen pasien. Efek samping ini biasanya muncul sekitar tujuh sampai 12 hari setelah imunisasi diberikan. Reaksi yang lebih parah, termasuk reaksi alergi, sangat jarang terjadi.

Sebelum pengenalan vaksin gondok pada tahun 1967, virus gondong adalah penyakit anak-anak yang umum yang menampilkan pembengkakan kelenjar ludah atau kelenjar di belakang telinga. Banyak kasus yang ringan tetapi beberapa infeksi gondok dapat menyebabkan meningitis, yang merupakan peradangan pada lapisan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Komplikasi meningitis dapat menyebabkan tuli permanen. Risiko ini jauh lebih besar daripada efek samping ringan dari imunisasi gondok dengan vaksin MMR.

Kecurigaan bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme pertama kali muncul pada tahun 1998 dengan diterbitkannya makalah oleh Andrew Wakefield yang mengutip sebuah penelitian terhadap 12 anak Inggris yang menunjukkan gejala autisme setelah diobati dengan imunisasi MMR. Makalah itu dengan cepat didiskreditkan sebagai palsu. Sejak diterbitkan, beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara kenaikan angka autisme dan penggunaan vaksin MMR.