Biskuit kocok adalah makanan berbasis tepung yang berasal dari Amerika Serikat bagian selatan. Biskuit jenis ini populer di abad ke-19 dan tidak mengandung bahan ragi, seperti baking soda atau baking powder. Membuat biskuit kocok sangat padat karya dan membutuhkan banyak waktu. Tekstur biskuit kocok sering dibandingkan dengan biskuit dan memiliki sedikit kesamaan dengan biskuit modern, yang cenderung mengembang dan lembut.
Bahan utama biskuit kocok adalah tepung, garam, lemak babi, dan susu atau air. Adonan dibentuk lalu dikocok dengan alat, seperti rolling pin. Jenis biskuit ini mendapatkan namanya karena seseorang harus mengocok adonan dengan seluruh kekuatannya selama persiapan. Resep tradisional meminta adonan untuk dikerjakan mulai dari 15 menit hingga satu jam.
Pada abad ke-19 ketika biskuit ini populer, bahan pengembang seperti baking soda dan baking powder tidak tersedia. Melipat dan terus mengocok adonan biskuit membuatnya menjadi halus dan menambahkan udara untuk membantu adonan sedikit naik saat dipanggang. Hasilnya adalah biskuit renyah yang teksturnya mirip kerupuk. Biskuit kocok yang dipanggang dengan sempurna berwarna coklat pucat di bagian luar dan putih di bagian dalam.
Biskuit yang dipukul memiliki tempat sebagai simbol status di Selatan Lama masa lalu. Ini karena hanya keluarga bangsawan Selatan yang mampu menjaga budak yang digunakan sebagai pelayan untuk menyiapkan biskuit yang sudah dipukul. Oleh karena itu, menyajikan makanan ini merupakan cara untuk menunjukkan bahwa sebuah keluarga kaya dan makmur.
Pada akhir abad ke-19, sebuah mesin yang disebut rem biskuit diperkenalkan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja manual yang dibutuhkan untuk membuat biskuit yang sudah dikocok. Mesin dioperasikan dengan tangan dan terdiri dari rol logam yang akan mengaduk adonan saat diputar. Rem biskuit sekarang menjadi barang antik yang dicari di antara beberapa kolektor.
Secara tradisional, biskuit kocok disajikan dengan irisan ham, diolesi dengan mentega atau selai jeruk, atau digunakan untuk sup saus dan saus. Jika disimpan dengan benar, biskuit yang sudah dikocok dapat bertahan tanpa rusak selama beberapa bulan. Selama masa kejayaan mereka, menyajikan biskuit yang sudah dikocok ke perusahaan dianggap sebagai bagian penting dari keramahan Selatan.
Menjelang akhir abad ke-19, popularitas biskuit kocok berkurang karena resep biskuit yang menggunakan bahan pengembang menjadi makanan yang lebih disukai di meja makan. Banyak resep biskuit kocok yang masih tersedia, tetapi jarang dibuat saat ini. Biskuit yang dipukuli masih dapat ditemukan di beberapa restoran di AS bagian selatan dan di toko roti yang menyajikan makanan tradisional dari wilayah tersebut.