Apa itu Investasi Bersih dalam Modal Operasional?

Investasi bersih dalam modal operasi adalah analisis dua bagian yang melihat dua jenis aktivitas bisnis yang berbeda. Pertama, investasi bersih mewakili pengeluaran modal dikurangi penyusutan, dengan yang terakhir menjadi beban non-kas yang dikurangkan untuk metode analisis kas ini. Pengeluaran modal biasanya berarti pembelian yang dilakukan untuk barang-barang seperti properti, pabrik, dan peralatan, yang merupakan aset jangka panjang seperti yang didefinisikan oleh prinsip akuntansi. Modal operasional adalah istilah lain untuk modal kerja, yang merupakan kas harian yang tersedia untuk menjalankan bisnis. Investasi bersih dalam modal operasi melihat aset likuid atau tidak likuid bersih yang dimiliki perusahaan untuk operasinya.

Ketika menempatkan kedua konsep ini bersama-sama, investasi bersih dalam modal operasi dapat mewakili pembayaran yang dikurangkan dari modal kerja untuk pembayaran aset. Misalnya, pembelian sejumlah besar properti, pabrik, dan peralatan secara kredit memerlukan pembayaran dari modal operasi. Setiap pembayaran yang dilakukan untuk pinjaman yang terkait dengan aset jangka panjang mengurangi modal kerja harian perusahaan. Hasilnya adalah lebih sedikit uang tunai untuk dibelanjakan pada biaya atau pengeluaran sehari-hari untuk menjalankan bisnis dan menghasilkan barang atau jasa. Selain itu, pengeluaran uang tunai yang tidak terduga mungkin menjadi masalah dengan sedikit uang yang tersisa dalam operasi perusahaan, yang juga menimbulkan masalah ketika pemangku kepentingan meninjau investasi bersih dalam modal operasi.

Pemangku kepentingan luar seringkali sangat tertarik dengan investasi perusahaan dalam modal operasi. Jumlah investasi bersih yang berlebihan dalam aset jangka panjang dapat menyebabkan perusahaan menjadi terlalu tinggi, yang berarti memiliki terlalu banyak hutang di neraca. Perusahaan-perusahaan ini dapat mengalami kesulitan keuangan besar ketika masa ekonomi mulai goyah dan pendapatan serta laba turun karena kurangnya bisnis. Hasilnya seringkali adalah pengembalian yang rendah untuk barang-barang yang membutuhkan pembayaran tetap, seperti pinjaman untuk aset jangka panjang. Selama masa ekonomi yang lesu, perusahaan dengan leverage yang berlebihan sering kali perlu mengambil tindakan yang lebih drastis agar tetap layak secara finansial selama periode ini.

Kajian modal kerja juga menjadi subjek pengawasan ketat oleh pemangku kepentingan luar. Ketika investasi bersih dalam modal operasi naik, lebih sedikit modal kerja yang tersedia untuk penggunaan bisnis sehari-hari. Jika perusahaan membutuhkan pinjaman yang tidak terkait dengan properti, pabrik, atau peralatan, modal kerja yang rendah dapat menjadi faktor penentu yang membatasi perusahaan untuk mendapatkan dukungan keuangan. Perusahaan yang tidak dapat menghasilkan modal kerja yang cukup untuk pembayaran kembali pinjaman mungkin mengalami masalah jika mereka tidak dapat memperoleh pinjaman. Kewajiban keuangan jangka pendek lebih diutamakan daripada kewajiban keuangan jangka panjang selama periode ini.