Bagaimana Prakiraan Inflasi Ditentukan?

Menentukan prakiraan inflasi adalah prosedur rumit yang tidak semua ekonom setujui. Indeks Harga Konsumen (IHK) sering digunakan sebagai ukuran inflasi. Prakiraan biasanya diberikan dalam jangka pendek versus jangka panjang. Prakiraan jangka pendek cenderung bergantung pada tingkat inflasi historis, sementara prakiraan jangka panjang mempertimbangkan faktor ekonomi lainnya. Prakiraan inflasi secara inheren berisiko, karena banyak peristiwa yang mempengaruhi tingkat inflasi pada dasarnya tidak dapat diprediksi.

Sebelum memperkirakan inflasi, metode pengukuran inflasi harus ditetapkan. Di Amerika Serikat, CPI adalah ukuran yang paling umum digunakan. CPI bekerja dengan melacak berbagai barang dan jasa dasar, seperti makanan dan obat-obatan. Setiap item dalam perhitungan ditimbang berdasarkan dampaknya terhadap biaya hidup. Dengan cara ini, CPI dapat melacak bagaimana biaya ini berubah dari waktu ke waktu—definisi umum inflasi.

Jangka pendek sering dianggap dari beberapa bulan sampai satu tahun, sedangkan jangka panjang adalah sepuluh tahun atau lebih. Dalam jangka pendek, perkiraan mungkin sangat fokus pada teknik analisis teknis. Analisis teknis menggunakan data masa lalu—dalam hal ini, data tingkat inflasi IHK masa lalu—tanpa banyak spekulasi tentang kejadian di masa depan. Data yang lebih baru, seperti data dari beberapa bulan sebelumnya, umumnya lebih berbobot daripada data masa lalu yang jauh.

Pendukung analisis teknis sebagai sarana untuk menentukan prakiraan inflasi mengutip tidak dapat diandalkannya metode lain. Mereka mengklaim bahwa prakiraan inflasi historis yang mencoba memasukkan tren ekonomi seperti lapangan kerja telah keliru dalam prediksi mereka. Mereka berpendapat bahwa momentum dalam suatu perekonomian dapat memiliki pengaruh penting dalam jangka pendek, dan bahwa momentum ini paling baik dideteksi dalam tren inflasi itu sendiri.

Prakiraan inflasi lebih dari beberapa bulan dapat mengambil manfaat dari penyesuaian dengan variasi musiman. Secara historis, tingkat inflasi di AS lebih rendah dari Mei hingga Juli dan dari November hingga Desember dibandingkan bulan-bulan lain dalam setahun. Ini telah menjadi siklus yang sangat teratur, sehingga para ekonom sangat yakin ini akan berulang di masa depan. Prakiraan yang mempertimbangkan hal ini dikatakan disesuaikan secara musiman.

Prakiraan inflasi jangka panjang cenderung menggunakan metode analisis fundamental. Ini melibatkan pertimbangan luas faktor-faktor dalam ekonomi global dan lanskap geo-politik. Misalnya, kekuatan bank sentral besar dapat menjadi signifikan untuk tingkat inflasi. Apalagi, inflasi sangat tergantung pada stabilitas politik suatu perekonomian.

Akan selalu ada ketidakpastian dengan prakiraan inflasi karena peristiwa tertentu berada di luar jangkauan prediksi para ekonom. Bencana alam, misalnya, bisa menyebabkan harga bahan pokok bangunan naik. Demikian juga, crash pasar saham praktis tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pemegang cadangan mata uang yang besar, seperti Cina, tiba-tiba dapat melepaskan uang ke dalam perekonomian, yang memiliki efek memperluas jumlah uang beredar dan meningkatkan inflasi. Dengan mempertimbangkan kemungkinan ini, prakiraan inflasi paling baik dianggap sebagai pedoman praktis jika peristiwa dunia berjalan sesuai rencana.