Di dunia Barat, ada tradisi lama tentang cincin pertunangan yang diberikan kepada wanita untuk melamar pernikahan. Jika wanita itu menerima, dia memakai cincin itu selama pertunangan. Gagal menerima cincin berarti wanita itu menolak lamaran. Baru-baru ini, pria di beberapa budaya juga mulai memakai cincin pertunangan, atau “cincin janji” yang setara.
Karena tradisi ini begitu tersebar luas dalam budaya Barat, dengan beberapa perbedaan regional, orang mungkin bertanya-tanya bagaimana awalnya. Tradisi memberikan cincin pertunangan sudah ada sejak zaman Klasik, ketika diyakini ada pembuluh darah yang mengalir lurus dari apa yang sekarang dikenal sebagai “jari manis” kiri ke jantung. Jari keempat tangan kiri masih merupakan jari tradisional untuk memakai cincin pertunangan.
Tradisi cincin pertunangan seperti yang kita ketahui saat ini muncul di era abad pertengahan, ketika, pada tahun 1215, Paus Innocent III melembagakan masa tunggu wajib dari pertunangan hingga pernikahan. Selama beberapa ratus tahun pertama dalam tradisi cincin pertunangan, hanya bangsawan terkaya yang mampu membeli batu mulia untuk cincin mereka, dan sebagian besar cincin pertunangan adalah cincin logam sederhana. Band polos masih dipakai sebagai cincin pertunangan oleh pria dan wanita di banyak negara, termasuk Denmark, Jerman, dan Swedia.
Ketika sebagian besar populasi mampu membeli cincin dengan batu mulia, cincin pertunangan menjadi sangat simbolis, banyak termasuk set batu dengan makna pribadi. Salah satu model populer menampilkan batu kelahiran dari pasangan yang bertunangan dan masing-masing orang tua mereka. Tradisi Victoria termasuk batu mulia yang inisialnya mengeja pesan: Lapis lazuli, Opal, Vermarine, dan Zamrud untuk CINTA, misalnya. Cincin populer lainnya memiliki permata yang dieja Salam atau Tersayang. Beberapa cincin pertunangan selama era ini juga berisi kompartemen untuk kunci rambut bertunangan.
Di Inggris dan Amerika Serikat modern, di antara negara-negara lain, jenis cincin pertunangan yang paling umum adalah solitaire berlian. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kampanye iklan oleh De Beers pada tahun 1940-an. Di beberapa negara, seperti Prancis, batu mulia lainnya biasanya terlihat di cincin pertunangan. Salah satu tradisi cincin pertunangan menyebut cincin itu mahal sebagai simbol komitmen pria, dan banyak cincin pertunangan benar-benar mengesankan.