Dasi adalah cikal bakal dasi modern, dan dalam penggunaan modern orang dapat menyebut dasi sebagai dasi. Kami berutang kepada orang Kroasia, yang pada abad ke-17 biasanya mengenakan syal sutra atau katun yang diikat di bawah kerah. Nama tersebut sebenarnya merupakan korupsi dari bahasa Kroasia, istilah Perancis untuk orang Kroasia.
Syal terikat yang dikenakan oleh Kroasia adalah bagian dari pakaian normal untuk pertempuran, dan dicatat dalam Perang 30 Tahun Jerman oleh Prancis. Raja Louis XIV menjadi sangat terpikat pada dasi dalam pembicaraan rahasia yang dimaksudkan untuk menggunakan kontrol Prancis atas Kroasia. Faktanya, Louis tidak berhasil dalam pembicaraan ini, dan orang Kroasia menaklukkannya dari sudut pandang mode. Dia dengan cepat mengadopsi dasi untuk pengadilan, meningkatkan popularitasnya di banyak negara besar Eropa.
Kebanyakan gaya awal jauh lebih pendek daripada dasi modern, dan hampir selalu berwarna putih. Namun, ketika Inggris mengadopsi cravat for wear, banyak perubahan yang terjadi. Mereka mengubah panjang dan warna syal ini, dan menciptakan banyak gaya untuk mengikatnya. Simbolisme menjadi dikaitkan dengan mengenakan berbagai warna dasi, yang masih dapat diamati ketika seseorang memakai dasi. Sebenarnya istilah “dasi” hanyalah versi singkat dari frasa “mengikat dasi.”
Desain dasi modern dibuat oleh Jesse Langsdorf, seorang Amerika di industri tekstil yang mengambil kain dasi, memotongnya menjadi tiga bagian, dan memasangnya kembali dengan cara yang akan memudahkan pengikatan. Sejak saat itu, dasi dengan berbagai panjang, warna dan ukuran selalu populer sebagai bagian dari pakaian bisnis atau formal untuk pria. Namun, dasi berpola dapat dikatakan menyembunyikan keinginan atau cacat karakter seseorang.
Sejak munculnya dasi berwarna, warna-warna tertentu memiliki arti khusus. Misalnya yang biru dikaitkan dengan keutuhan, ketenangan dan keabadian. Merah diasosiasikan dengan cinta dan kemarahan, meskipun dalam beberapa tahun terakhir, dasi merah diasosiasikan dengan warna power suit dan power. Yang hitam sering dikenakan di pemakaman, meskipun jika dikenakan dengan kemeja yang lebih ringan mungkin dianggap elegan.
Dasi kuning dapat dikaitkan dengan masa muda, kesenangan, dan harapan. Hijau, di sisi lain, sering dianggap sebagai pernyataan ramah lingkungan atau sebagai ekspresi kebijaksanaan. Coklat, yang tampaknya cukup tenang, sebenarnya dianggap mewakili keduniawian dan seksualitas.