Kain tahan air adalah kain alami atau sintetis yang telah dilapisi dengan zat untuk menolak air. Zat anti air yang umum termasuk poliuretan, polivinil klorida, silikon, dan lilin. Istilah “tahan air” hanya berlaku untuk kain, bukan seluruh pakaian. Bahkan jika kain sepenuhnya tahan air, jahitannya harus disegel atau direkatkan dan ritsletingnya harus memiliki penutup penahan angin, atau pakaiannya hanya tahan air.
Dalam kebanyakan kasus, kain tahan air tunduk pada pengujian laboratorium dan harus sesuai dengan standar industri. Pakaian tahan air akan sering diberi label dengan peringkat yang menunjukkan seberapa banyak cairan yang dapat dikenakan pakaian dalam 24 jam sebelum pemakainya basah. Misalnya, jas hujan dengan peringkat “20K” dapat menahan 20,000 milimeter hujan sebelum waterproofing gagal. Peringkat 20K dianggap sangat baik, dan biasanya mahal. Peringkat 5K dan 10K lebih umum, terutama untuk perlengkapan hujan yang tidak khusus dan murah.
Kain tenun dengan lapisan kedap air memiliki jutaan pori-pori kecil, sekitar 1/20 ukuran tetesan air hujan tetapi jauh lebih besar daripada molekul uap air. Pori-pori ini memungkinkan panas dan kelembapan tubuh keluar sambil menahan air cair seperti hujan. Pernapasan ini juga dapat dinilai, dalam gram uap air per meter persegi per 24 jam. Misalnya, peringkat daya serap 25K berarti pakaian dapat memungkinkan 25,000 gram uap air melewati satu meter persegi kain dalam periode 24 jam.
Polivinil klorida dan poliuretan dapat dibuat menjadi pakaian sendiri, tanpa alas kain. Pakaian seperti itu tahan air, tetapi tidak memungkinkan kulit untuk bernapas. Ini sering diatasi dengan memasukkan ventilasi atau ritsleting ketiak ke dalam desain pakaian.
Silicone dan Teflon dianggap sebagai pelapis yang sangat efektif untuk kain tahan air. Mereka membentuk penghalang kelembaban yang efektif tanpa mengubah tampilan atau nuansa kain asli, dan mereka juga mempertahankan kemampuan bahan menyerap kelembaban. Karet dan lilin jarang digunakan untuk melapisi kain tahan air karena mereka mengubah tampilan dan nuansa bahan, dan paparan elemen dapat menyebabkannya retak dan meleleh.
Setelah rusak, membran tahan air dari kain tidak dapat diperbaiki. Pakaian tahan air berkualitas lebih tinggi juga memiliki lapisan “pengusir air tahan lama” (DWR) yang cenderung aus jauh sebelum membran pecah, tetapi ada semprotan yang tersedia yang akan mengembalikan lapisan dan membiarkan air menjadi butiran daripada meresap. Ini sama semprotan juga telah digunakan oleh perajin untuk bahan tahan air di rumah dengan berbagai tingkat keberhasilan.