Ungkapan “perencanaan kurikulum” dapat berarti salah satu dari dua hal yang terkait: baik proses seorang guru individu untuk membangun kurikulum kelas, atau cara dewan sekolah mengkoordinasikan berbagai kurikulum yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang seragam. Dengan sendirinya, kurikulum pada dasarnya adalah rencana pembelajaran yang berfungsi sebagai peta pembelajaran. Perencanaan yang cermat diperlukan untuk memastikan pertama bahwa pelajaran benar-benar menyentuh semua topik yang diperlukan, dan juga bahwa mereka memenuhi standar sekolah atau pemerintah untuk pendidikan dasar.
Tujuan Perencanaan
Guru biasanya harus memiliki gagasan yang kuat tentang ke mana arah kursus mereka untuk mengajar mereka secara efektif. Rencana kurikulum adalah salah satu cara terbaik bagi guru untuk melihat secara objektif apa yang perlu diajarkan selama semester atau tahun, kemudian mengatur cara yang efektif untuk mendapatkan dari awal sampai akhir.
Sebagian besar waktu, guru tidak bekerja dalam isolasi — yaitu, mereka biasanya mengajar bersama banyak orang lain yang mencakup bidang yang sama. Sebuah sekolah dasar yang besar kemungkinan memiliki empat atau lima ruang kelas kelas tiga, misalnya. Sekolah biasanya ingin memastikan bahwa semua siswa kelas tiga mempelajari hal yang sama, tidak peduli guru yang bertanggung jawab. Di sinilah perencanaan kurikulum institusional masuk. Sekolah menggunakan rencana kurikulum untuk menetapkan tujuan menyeluruh dan persyaratan dasar yang harus diikuti oleh guru untuk memastikan setidaknya beberapa tingkat keseragaman.
Proses
Guru sering menyusun rencana kurikulum mereka selama musim panas, saat sekolah libur. Rencana dapat berkisar dari garis besar dasar hingga bagan dan laporan terperinci, tetapi hampir selalu menyertakan gagasan kasar tentang tanggal, serta topik utama yang akan dibahas. Ujian yang diantisipasi, makalah, dan mekanisme penilaian lainnya biasanya disertakan juga.
Sebagian besar sekolah juga menyelenggarakan pertemuan perencanaan kurikulum selama bulan-bulan musim panas, di mana para guru berkumpul untuk bertukar ide dan berbagi rencana kurikulum yang sedang berjalan. Guru umumnya harus menyerahkan rencana mereka ke peninjau sekolah sebelum tahun dimulai. Peninjau mengevaluasi rencana untuk memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Komponen utama
Sebagian besar perencanaan kurikulum datang dalam lima fase: membingkai konteks, merencanakan pelajaran, menerapkan pelajaran tersebut, memantau kemajuan, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru dan dewan sekolah biasanya memulai dengan konteks untuk menjaga tujuan menyeluruh di jantung proses perencanaan. Di kelas bernuansa seperti astronomi, konteksnya sudah jelas. Namun, untuk kelas yang lebih luas seperti “kelas dua” atau “matematika kelas tujuh”, tolok ukur sekolah dan tujuan akhir harus diingat agar rencana kurikulum tetap pada jalurnya.
Perencanaan dan pelaksanaan pelajaran individu adalah di mana instruktur memiliki fleksibilitas paling tinggi. Sekolah sering menetapkan daftar bacaan atau buku teks yang diperlukan, tetapi guru hampir selalu dapat mengatur pelajaran dan kegiatan kelas mereka sesuai keinginan mereka. Guru biasanya berada dalam posisi terbaik untuk mengukur kebutuhan individu siswa, dan umumnya didorong untuk menyesuaikan pelajaran sesuai kebutuhan untuk membantu pemahaman. Beberapa fleksibilitas juga penting dalam hal peristiwa terkini dan berita terkini: jika sesuatu terjadi di dunia yang secara langsung berkaitan dengan pelajaran atau berdampak pada kehidupan siswa, guru akan sering mencoba memasukkannya ke dalam pengajaran hari itu.
Mengukur Keberhasilan
Rencana kurikulum adalah cara mudah bagi guru dan sekolah untuk memantau kemajuan dengan cepat. Ketika pelajaran berlangsung sesuai dengan rencana yang ditetapkan, mudah untuk melihat ketika siswa tertinggal, atau ketika tujuan terlewatkan. Dengan cara ini, perencanaan dapat menjadi semacam jaring untuk memastikan bahwa tidak ada konsep utama yang hilang selama proses pengajaran.
Perencanaan juga merupakan cara penting bagi sekolah untuk merampingkan penilaian siswa. Idealnya, siswa harus mempelajari hal-hal dasar yang sama tidak peduli siapa guru mereka. Guru sering diminta untuk memasukkan rubrik penilaian tertentu ke dalam perencanaan kurikulum mereka untuk memastikan keseragaman dalam sekolah, distrik sekolah, atau wilayah. Terkadang ini seketat tes standar. Lebih sering, guru memiliki kebebasan untuk menulis tes dan tugas kertas mereka sendiri, tetapi biasanya harus menggunakan hasil siswa untuk membuktikan bahwa konsep tertentu telah dikuasai.
Pertimbangan Khusus untuk Sekolah Rumah
Orang tua yang memilih untuk sekolah rumah anak-anak mereka sering menghadapi masalah perencanaan kurikulum yang unik. Di beberapa tempat, kurikulum sekolah rumah ditetapkan oleh entitas pemerintah daerah, sama seperti di sekolah negeri dan kebanyakan sekolah swasta — tetapi tidak selalu. Orang tua biasanya harus menghabiskan banyak waktu untuk meneliti dan merencanakan kurikulum mereka untuk memastikan bahwa anak-anak mereka belajar serta teman-teman mereka di sekolah yang lebih tradisional.
Di lingkungan sekolah asal, biasanya tidak ada dewan sekolah yang mencari keseragaman. Sebaliknya, tanggung jawab ada pada orang tua untuk memastikan bahwa kurikulum yang dipilih akan memasukkan semua yang perlu diketahui siswa. Rencana yang terlalu mudah dapat merugikan anak-anak dalam hal tes standar dan penerimaan perguruan tinggi atau universitas. Namun, rencana yang terlalu menantang seringkali menyebabkan siswa melewatkan hal-hal penting. Sejumlah organisasi sekolah rumah dan kelompok masyarakat menyediakan sumber daya perencanaan kurikulum kepada orang tua yang ingin menemukan keseimbangan yang tepat.