Pengajaran literasi terjadi di semua tingkat pendidikan anak. Meskipun bentuk paling dasar dari literasi berfokus pada belajar mengucapkan dan membaca kata-kata, literasi juga melibatkan kemampuan untuk memahami dan mengingat kembali apa yang telah dibaca. Dalam hal pengajaran membaca, pengajaran biasanya berfokus pada phonics atau membaca seluruh kata. Untuk pemahaman sastra, instruktur sering mengajarkan strategi yang dapat digunakan siswa saat membaca untuk lebih memahami teks.
Salah satu jenis pembelajaran literasi yang sering digunakan pada siswa yang tidak dapat membaca adalah phonics. Sistem ini mengajarkan siswa suara mana yang terkait dengan huruf mana. Latihan dapat melibatkan mencocokkan huruf dengan objek yang dimulai dengan suara yang sama atau aktivitas kinestetik yang meminta siswa menggerakkan huruf yang sesuai ketika terdengar bunyi yang sesuai. Manfaat dari jenis pengajaran literasi ini adalah siswa diberikan keterampilan untuk membaca kata-kata secara efektif yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Pembaca pemula mungkin juga diminta untuk menghafal kata-kata yang sering ditemui. Kata-kata ini masuk ke dalam kosakata siswa tentang kata-kata penglihatan yang tidak perlu disuarakan saat ditemui. Meskipun mengajar menghafal seluruh kata adalah instruksi keaksaraan yang efektif untuk beberapa siswa, banyak, terutama mereka yang menderita disleksia atau kesulitan belajar lainnya, mungkin tidak dapat belajar membaca dengan cara ini.
Ketika siswa belajar membaca, salah satu bagian terpenting dari pengajaran literasi adalah menyediakan waktu yang cukup untuk berlatih. Literasi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang sepenuhnya. Siswa juga harus dihadapkan pada berbagai teks yang berbeda pada tingkat yang dapat mereka baca sendiri, tingkat yang dapat mereka baca dengan bantuan, dan tingkat yang dapat mereka pahami ketika dibacakan dengan keras. Menyediakan berbagai pengalaman sastra memungkinkan siswa untuk menemukan topik yang mereka sukai, meningkatkan peluang siswa untuk memilih membaca sebagai kegiatan waktu luang di kemudian hari. Membaca berjenjang juga mendorong siswa untuk terus meningkatkan kemampuan membaca.
Setelah siswa memiliki keterampilan membaca dasar, pengajaran literasi lebih berfokus pada pemahaman bacaan. Siswa mungkin masih dilatih ketika mengucapkan kata-kata sulit, tetapi literasi melibatkan lebih dari sekadar kemampuan membaca kata-kata yang tercetak di halaman. Instruktur dapat memberi siswa berbagai strategi berbeda untuk memecahkan kode teks dan menarik kesimpulan tentangnya. Instruktur dapat memodelkan strategi pembaca yang efektif, mengajar siswa bagaimana memahami apa yang telah mereka baca, dan memberi siswa banyak waktu untuk berlatih sebagai bagian dari instruksi keaksaraan mereka.