Koperasi siswa paling sering mengacu pada perumahan kooperatif, di mana siswa berbagi ruang hidup dan bekerja sama dalam urusan rumah tangga. Istilah “kerjasama siswa” juga dapat merujuk pada pendidikan koperasi, suatu metode pengajaran yang dibangun di atas dasar pembelajaran pengalaman. Siswa di sekolah koperasi memperoleh kredit akademik dengan tampil dalam situasi kerja yang sebenarnya. Bentuk lain dari koperasi siswa adalah koperasi makanan, yang bertindak sebagai pasar makanan yang dijalankan oleh siswa sendiri.
Dalam banyak kasus, perumahan siswa merupakan masalah anggaran utama. Untuk membayar sewa tempat tinggal, tidak jarang beberapa siswa berbagi satu rumah. Mengingat sifat komunal dari pengaturan, individu yang tinggal di koperasi siswa sering membagi tugas rumah tangga tertentu di antara mereka sendiri, memungkinkan pengalaman hidup kooperatif yang lancar. Beberapa siswa, misalnya, mungkin bertanggung jawab untuk memasak makanan sehari-hari rumah tangga, sementara kelompok siswa lain diminta untuk mencuci piring sesudahnya. Untuk alasan ini, banyak ahli setuju bahwa pengaturan hidup kooperatif berfungsi sebagai pengantar untuk kehidupan mandiri yang disajikan setelah sekolah.
Perumahan Koperasi Mahasiswa memiliki perbedaan yang signifikan dengan Koperasi Konvensional. Sementara koperasi konvensional memberikan kepemilikan rumah tangga kepada penyewa dalam bentuk saham, koperasi siswa tetap berada di bawah kepemilikan pemilik. Para siswa hanya membagi biaya sewa rumah di antara mereka sendiri. Ada pengecualian untuk norma, bagaimanapun, di mana kepemilikan diberikan kepada siswa. Dalam kedua kasus, koperasi siswa jauh lebih terjangkau daripada menyewa ruang tamu yang terpisah.
Pendidikan kooperatif, di sisi lain, bekerja dengan paradigma bahwa pembelajaran paling mudah diserap ketika pelajaran diterapkan selama diskusi. Bentuk kerjasama mahasiswa ini memberikan kredit akademik untuk kinerja kerja yang berkualitas di lapangan, seperti banyak program pelatihan di tempat kerja. Meskipun model ini tentu saja dapat lebih membebani siswa, model ini diakui secara luas untuk memudahkan transisi mereka dari sekolah ke pekerjaan. Dalam banyak kasus, program pendidikan koperasi siswa memiliki biaya sekolah yang lebih rendah daripada sekolah non-kooperatif. Pekerjaan yang diberikan oleh siswa, baik di kelas atau di lapangan, dianggap sebagai bentuk pembayaran uang sekolah.
Jenis umum ketiga dari koperasi siswa, koperasi makanan, memungkinkan siswa untuk melatih kewirausahaan awal, manajemen, dan perdagangan. Siswa sendiri bertanggung jawab atas semua aspek koperasi, mulai dari produksi bahan makanan hingga pemeliharaan area pasar hingga penjualan dan pemasaran produk. Sebuah koperasi makanan biasanya dibuat untuk memberikan siswa alternatif makan yang lebih terjangkau. Kekayaan pengalaman yang diperoleh dari mengelola bisnis dapat menjadi manfaat pendidikan itu sendiri.