Aesculus hippocastanum adalah nama botani untuk kastanye kuda. Pohon berbunga besar ini menghasilkan bunga putih yang menarik setiap musim semi, diikuti oleh polong biji hijau berduri. Diyakini bahwa pohon itu mendapatkan namanya dari kebiasaan memberi makan kacang kepada kuda, yang dilakukan dalam upaya untuk mengurangi terjadinya gas. Kacang kastanye yang dihancurkan dan dicuci sebelumnya juga dapat direbus dan diberikan kepada sapi dan domba.
Selain praktik ini, Aesculus hippocastanum memiliki sejarah panjang penggunaan obat. Baik biji maupun kulit kayu mengandung senyawa yang dikatakan dapat membantu memperkuat pembuluh darah yang lemah dan mengurangi penumpukan cairan. Berangan kuda telah menjadi obat tradisional yang umum untuk pengobatan wasir dan varises selama berabad-abad. Bijinya juga telah digunakan untuk meningkatkan sirkulasi. Selain itu, daun dari pohon telah dibuat menjadi ramuan untuk pengobatan batuk.
Obat yang dibuat dari kastanye kuda sangat populer di kalangan orang Indian Amerika Utara. Beberapa suku menyiapkan tembakau dari pohon, yang digunakan untuk meredakan gejala batuk dan pilek. Aesculus hippocastanum juga dianggap berguna untuk meredakan nyeri dada.
Meskipun mungkin tampak dipertanyakan, beberapa orang percaya bahwa hanya membawa chestnut kuda dapat menangkal rematik. Apakah ini benar atau tidak, ada beberapa budaya yang menggunakan ekstrak biji Aesculus hippocastanum untuk tujuan menghilangkan gejala rematik. Salep yang mengandung ekstrak kastanye kuda juga dianggap sebagai obat yang efektif untuk memerangi kerutan.
Umumnya, kulit dan biji Aesculus hippocastanum dikumpulkan selama musim gugur. Kulit kayu dikupas dari pohon dan dibiarkan mengering, kadang-kadang sampai musim semi, pada saat teh dapat disiapkan. Biji berangan kuda biasanya direndam dalam air jeruk nipis sebelum dikupas, dihancurkan, dan kemudian dicuci dengan air untuk mendapatkan minyak biji. Praktik ini dimaksudkan untuk memastikan tingkat toksisitasnya berkurang. Jika tidak dirawat dengan baik, kandungan tanin yang tinggi dalam biji dapat menjadi racun.
Masalah pencernaan yang parah disertai dengan mual dan muntah dapat dialami oleh mereka yang menelan seluruh biji Aesculus hippocastanum, yang berbeda dari ekstrak bijinya. Menelan teh yang terbuat dari daun berangan kuda juga tidak disarankan, karena ini juga bisa beracun. Gejala tambahan keracunan mungkin termasuk air liur, sakit kepala, kejang, kegagalan peredaran darah atau pernapasan, dan mungkin kematian. Orang dengan alergi kacang dapat mengalami gatal-gatal, dengan atau tanpa ruam, serta pusing dan kesulitan bernapas.