Apa itu Perilaku Pembeli?

Juga dikenal sebagai perilaku konsumen, perilaku pembeli berkaitan dengan menentukan faktor-faktor spesifik mana yang mempengaruhi kebiasaan membeli individu. Dengan menilai secara akurat proses pengambilan keputusan pembeli dalam situasi yang berbeda, lebih mudah bagi bisnis untuk mengidentifikasi kelompok konsumen yang paling mungkin menunjukkan minat pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Meskipun ada banyak konsep berbeda tentang apa yang memengaruhi perilaku pembeli, sebagian besar pendekatan memang menggunakan kelompok faktor inti.

Salah satu faktor kunci yang membuat perbedaan dalam perilaku pembeli adalah peran yang diisi individu dalam masyarakat. Misalnya, individu yang menjadi orang tua dari anak kecil akan memiliki serangkaian prioritas yang berbeda dalam hal membeli barang dan jasa dibandingkan individu atau pasangan yang tidak memiliki anak di rumah. Dengan cara yang sama, kebiasaan konsumen seseorang yang memperoleh upah per jam kemungkinan akan berbeda dari seseorang yang bekerja dalam posisi bergaji. Bahkan ada beberapa perbedaan antara kebiasaan membeli orang-orang yang menjadi bagian dari pasangan dan mereka yang saat ini tidak terlibat asmara. Ini karena pembelian produk cenderung memasukkan masukan dari pasangan romantis, dan mungkin ditujukan untuk memenuhi tuntutan pasangan daripada kebutuhan atau keinginan individu.

Tujuan dan aspirasi konsumen juga memainkan peran utama dalam perilaku pembeli. Seringkali, tujuan tersebut akan membantu menentukan apakah konsumen akan berusaha untuk menghemat uang untuk mencapai tujuan, atau terbuka untuk menggunakan kredit dari beberapa jenis untuk membeli barang yang diinginkan. Misalnya, seseorang mungkin bersedia membeli rumah dengan menggunakan hipotek, sementara pada saat yang sama agak enggan membeli televisi baru secara kredit. Dalam skenario ini, konsumen cenderung mencari hipotek yang menawarkan persyaratan yang paling diinginkan, termasuk tingkat bunga yang rendah. Pada saat yang sama, konsumen akan mencari harga jual apa pun di televisi, dan akhirnya menemukan perangkat yang tepat yang memenuhi harapannya baik dari segi kualitas maupun harga.

Pengkondisian budaya dan tekanan teman sebaya juga mempengaruhi perilaku pembeli. Dalam beberapa budaya, kesederhanaan dalam hidup dianggap sebagai kebajikan. Dalam pengaturan jenis ini, konsumen cenderung lebih fokus pada pembelian barang-barang yang berguna daripada sekadar dekoratif. Mereka juga lebih cenderung tertarik untuk membeli produk yang akan memberikan kepuasan untuk jangka waktu yang lebih lama, meskipun harga pembelian lebih tinggi dari harga produk sejenis dengan harapan hidup yang lebih pendek. Seseorang yang menginginkan kesederhanaan dapat membeli furnitur yang terbuat dari kayu keras yang dapat digunakan terus-menerus selama beberapa dekade, sementara sebelumnya membeli furnitur yang terbuat dari kayu tekan atau bahan lain yang cenderung aus hanya dalam beberapa tahun.

Dalam mengevaluasi perilaku pembeli, penting untuk mempertimbangkan masalah siapa, apa, kapan, di mana, dan mengapa. Ini berarti produsen harus menanyakan siapa yang kemungkinan akan membeli produk yang mereka tawarkan, dan mengapa mereka menginginkan produk tersebut. Pada saat yang sama, pertanyaan tentang kapan konsumen akan tertarik untuk membeli produk, serta di mana kemungkinan besar mereka akan membelinya, juga penting. Akhirnya, mengidentifikasi faktor-faktor apa yang paling mungkin untuk meningkatkan keinginan produk tersebut dan dengan demikian memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian adalah yang paling penting untuk setiap upaya untuk menggambarkan perilaku pembeli. Karena keadaan berubah dari waktu ke waktu, proses menilai dan menanggapi perilaku konsumen terus berlangsung, dan selalu membutuhkan atau beradaptasi dengan keadaan saat ini.