Apa itu Hukum Keunggulan Komparatif?

Hukum keunggulan komparatif pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo, seorang ekonom yang bekerja di London, Inggris, pada awal abad ke-19. Karyanya dibangun di atas pemikiran ekonomi sebelumnya seperti teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith. Smith menyarankan bahwa suatu negara harus terlibat dalam perdagangan internasional menggunakan produk-produk di mana ia memiliki keunggulan absolut – artinya produk itu dapat dibuat lebih efisien daripada yang dapat dilakukan negara lain. Ricardo melangkah lebih jauh, menunjukkan bahwa masuk akal bagi suatu negara untuk berspesialisasi dalam produk di mana ia memiliki keunggulan komparatif, yang berarti biaya peluang untuk memproduksi barang atau jasa tertentu lebih rendah di negara itu daripada di negara lain. Dengan mengkhususkan diri dalam barang dan jasa ini dan terlibat dalam perdagangan internasional, suatu negara dapat meningkatkan outputnya.

Hukum keunggulan komparatif menggunakan konsep biaya peluang, yang melihat penggunaan alternatif yang tersedia dari sumber daya yang sama. Misalnya, jika Inggris dapat menghasilkan satu unit keju dalam 20 jam dan satu unit anggur dalam 30 jam, sedangkan Denmark dapat menghasilkan satu unit keju dalam 10 jam dan satu unit anggur dalam 25 jam, maka Denmark memiliki keunggulan absolut dalam kedua produk. Ketika Inggris memproduksi satu unit anggur, bagaimanapun, ia melewatkan produksi 1.5 unit keju, sementara Denmark melewatkan 2.5 unit keju, membuat biaya peluang Denmark untuk memproduksi anggur lebih besar daripada Inggris, meskipun Denmark memiliki keunggulan absolut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Inggris, dalam contoh ini, memiliki keunggulan komparatif dalam membuat anggur. Jika Inggris mengkhususkan diri dalam memproduksi anggur dan Denmark berspesialisasi dalam memproduksi keju — di mana ia mempertahankan keunggulan komparatif dalam contoh ini — kedua negara dapat meningkatkan total output dan pendapatan nasional mereka dengan terlibat dalam perdagangan internasional.

Hukum keunggulan komparatif seperti yang dikemukakan oleh Ricardo bertumpu pada asumsi bahwa biaya produksi adalah konstan, bahwa biaya transportasi adalah nol dan bahwa produk-produk tersebut sama persis dimanapun mereka dibuat. Teori ini juga mengasumsikan bahwa faktor-faktor produksi — seperti modal — bersifat mobile, tidak ada tarif, dan bahwa pembeli dan penjual memiliki pengetahuan pasar yang sempurna. Teori ini hanya memperhitungkan biaya tenaga kerja, karena Ricardo berpendapat bahwa semua biaya pada analisis terakhir dapat direduksi menjadi biaya tenaga kerja, sebuah gagasan yang dikenal sebagai teori nilai tenaga kerja. Di dunia modern, hukum keunggulan komparatif mungkin terlihat memiliki beberapa relevansi dengan perdagangan antara negara maju dan berkembang, meskipun operasinya kurang jelas dalam kaitannya dengan perdagangan antara negara-negara industri.