Apa itu Gelembung Real Estat?

Gelembung real estat terjadi ketika harga properti naik dengan cepat dalam waktu singkat. Inflasi dan upah sering kali gagal mengimbangi kenaikan harga properti, yang berarti bahwa kenaikan harga pada akhirnya menjadi tidak berkelanjutan. Efek negatif langsung dari gelembung real estat mencakup peningkatan penyitaan, dan efek tidak langsung dapat mencakup tingkat pengangguran yang lebih tinggi.

Harga rumah, seperti semua komoditas yang dapat dipasarkan, sebagian didorong oleh penawaran dan permintaan. Ketika ada lebih banyak pembeli daripada rumah untuk dijual, persaingan di antara pembeli menyebabkan kenaikan harga properti. Banyak pembeli dengan sadar membayar harga properti yang berlebihan dengan keyakinan bahwa semakin lama mereka menunggu untuk membeli, semakin banyak harga yang akan naik. Keinginan pembeli untuk berpartisipasi dalam pasar real estat sebelum rumah menjadi sangat mahal adalah kekuatan pendorong utama di balik gelembung real estat yang khas.

Kebijakan fiskal yang ditujukan untuk merangsang pengeluaran bisnis dapat memiliki efek menciptakan atau memperburuk gelembung real estat. Bank sentral sering memotong suku bunga sehingga pinjaman menjadi lebih murah untuk bisnis, dan penghematan biaya ini memudahkan bisnis untuk memperluas dan mempekerjakan karyawan baru. Seiring berkembangnya bisnis, semakin banyak orang yang mampu membeli rumah, dan ini menyebabkan peningkatan permintaan akan perumahan. Perusahaan konstruksi tidak selalu dapat membangun rumah baru dengan cukup cepat untuk memenuhi permintaan ini. Akibatnya, gelembung real estat terjadi.

Ketika rumah menjadi sangat mahal, sejumlah besar orang tidak mampu membeli rumah, dan akibatnya, pasokan rumah melebihi permintaan. Pemilik properti yang ada terpaksa menjual rumah mereka dengan harga di bawah pasar karena mereka tidak dapat menarik pembeli. Seiring meningkatnya jumlah pemilik rumah yang menjual rumah mereka dengan harga yang lebih rendah dan lebih rendah, gelembung real estat berakhir. Orang yang membeli rumah sebelum akhir gelembung memiliki saldo hipotek yang melebihi nilai properti mereka. Orang-orang seperti itu tidak dapat menjual rumah mereka kecuali mereka memiliki tabungan yang cukup untuk menutupi kelebihan hutang.

Orang-orang yang tidak mampu membayar hipotek mereka sebelum menjual rumah mereka sering berakhir dengan penyitaan. Jumlah penyitaan yang tinggi menyebabkan harga real estat turun lebih jauh. Investor kehilangan uang karena jatuhnya harga sekuritas yang terkait dengan hipotek dan real estat. Akibatnya, investor memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, yang berarti bahwa keuntungan perusahaan turun dan perusahaan mulai memotong biaya dengan memberhentikan karyawan. Harga rumah akhirnya jatuh begitu rendah sehingga pembeli ditarik kembali ke pasar untuk mencari penawaran, dan karena semakin banyak orang mulai membeli real estat lagi, gelembung real estat baru mulai terbentuk.