Beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan beras pada tahun 2008, mulai dari penurunan ekspor beras dari banyak negara Asia hingga kekeringan yang berkepanjangan di Australia. Semua faktor ini berperan dalam kerangka yang lebih besar dari kenaikan harga pangan pada tahun 2007 dan 2008, dan dampak dari kekurangan tersebut dirasakan dalam berbagai cara di seluruh dunia.
Salah satu penyebab utama kelangkaan beras adalah kondisi iklim. Di Australia, produsen utama beras, kemarau panjang menyebabkan panen berkurang drastis. Di banyak bagian Asia, banjir menghancurkan sawah sebelum biji-bijian dapat dipanen, bahkan mengurangi panen. Kondisi ini mempengaruhi ketersediaan berbagai jenis beras khusus, terutama varietas gabah panjang, yang cenderung sangat diminati.
Konversi lahan juga berperan dalam kelangkaan beras. Di banyak negara Asia, pertanian tergeser oleh kota-kota yang berkembang, berkat populasi manusia yang terus bertambah. Petani juga didorong untuk menanam tanaman yang sangat menguntungkan untuk ekspor, seperti jagung dan kedelai, mengurangi jumlah ruang yang tersedia untuk menanam padi. Keputusan untuk membudidayakan tanaman untuk diubah menjadi bahan bakar dan pakan ternak juga berperan.
Di negara-negara Asia, beras merupakan makanan pokok utama, dan peningkatan permintaan beras mulai memberikan tekanan serius pada pertanian nasional pada tahun 2007 di banyak negara Asia. Ketika stok beras mulai berkurang, beberapa negara seperti Thailand membatasi ekspor, untuk memastikan bahwa akan ada cukup beras untuk memberi makan warganya, dan harga beras naik di negara-negara ini sebagai tanggapan atas kekurangan yang dirasakan. Akibatnya, sebagian orang sama sekali kehilangan harga beras, masalah utama di daerah di mana beras dapat memainkan peran besar dalam makanan.
Di luar Asia, masyarakat mulai merasakan kelangkaan beras pada 2008 berupa berkurangnya ketersediaan beberapa varietas beras khas Asia, seperti basmati. Sebenarnya, tidak ada kekurangan varietas beras gabah pendek, berkat perkebunan besar di California dan Amerika Selatan, tetapi banyak konsumen lebih memilih beras gabah panjang, karena alasan budaya, etnis, atau kuliner. Akibatnya, harga beras gabah meningkat karena permintaan konsumen.
Meskipun terbatasnya pasokan varietas beras tertentu dan secara umum kenaikan harga beras tentu menjadi perhatian, masalah yang lebih besar adalah kenaikan harga pangan secara keseluruhan. 2007 dan 2008 melihat peningkatan dramatis dalam harga pangan global di seluruh dunia, bukan hanya kekurangan beras, meningkatkan kerawanan pangan bagi orang-orang di seluruh dunia. Kekurangan pangan juga cenderung menyebabkan ketidakstabilan politik dan sosial, menciptakan potensi kerusuhan pangan dan kerusuhan sipil lainnya di negara-negara dengan populasi besar yang miskin, seperti Haiti.