Menulis beras adalah seni kuno yang melibatkan penulisan kata atau nama pada sebutir beras. Praktik ini telah ada selama ribuan tahun dan diperkirakan berasal dari India dan Turki. Beras dipilih sebagai media untuk jenis seni khusus ini karena melambangkan keberuntungan, kekayaan, dan kesuburan. Pengrajin biasanya menuliskan nama atau pesan singkat pada satu butir dan merangkumnya dalam wadah transparan. Banyak seniman beras terampil membuat perhiasan beras dalam bentuk jimat, liontin, dan gelang.
Jenis perhiasan ini sangat dihargai karena pekerjaannya yang rumit dan simbolisme kuno. Dimungkinkan untuk menemukan seniman terampil baik offline maupun online yang membuat tulisan beras yang indah dan dipersonalisasi dengan jumlah yang sangat ekonomis. Hadiah seni beras dianggap membawa keberuntungan bagi penerima dan melindunginya dari bahaya. Bagi banyak orang, beras melambangkan kekayaan; semakin banyak beras yang dimiliki, semakin makmur. Bagi yang lain, beras memiliki makna spiritual yang lebih dalam, mewakili kebaikan Ibu Pertiwi — ia menyediakan beras dalam jumlah banyak untuk anak-anaknya untuk menopang diri mereka sendiri.
Tulisan beras tertua yang diketahui ada di Turki. Menurut legenda, seorang seniman terampil menulis 200 huruf pada satu butir beras. Dia dianggap telah mencapai prestasi ini dengan satu helai rambut. Tradisi pesan hadiah yang ditulis di atas beras diyakini dimulai dengan gagasan bahwa mereka yang menerimanya akan menjadi lebih beruntung dan lebih kaya. Seni ini berkembang selama bertahun-tahun hingga bentuknya yang sekarang, di mana ia diberikan dalam berbagai jenis wadah kecil transparan yang berisi cairan pembesar, yang biasanya minyak.
Seseorang dapat dengan mudah menemukan tulisan nasi dalam bentuk kalung, anting, dan gantungan kunci nama di atas nasi. Gelang pesona, gelang kaki, kalung choker, dan liontin dalam bentuk rumit yang mengandung seni beras juga dapat dengan mudah ditemukan. Seniman modern juga lebih mempersonalisasi seni beras dengan kenang-kenangan kecil yang memiliki arti penting bagi penerimanya. Kenang-kenangan seperti batu kelahiran, bunga kecil, dan gigi susu dapat ditempatkan di wadah bersama dengan butiran beras untuk memberikan sentuhan yang lebih eksotis.
Jenis nasi yang digunakan untuk nasi tulis biasanya nasi putih bulir panjang. Beras jenis ini memiliki bentuk yang pipih, sehingga mudah untuk ditulis di kedua permukaannya. Seniman harus memiliki tangan yang mantap dan terampil dalam menulis miniatur. Produk akhir tertutup dalam wadah atau botol dengan minyak biasa atau berwarna. Ini memperbesar huruf, memudahkan penerima untuk membaca dan menghargai kaligrafi yang rumit.
Beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah karya seni dengan tulisan nasi antara lain minyak rambut, kuas dengan ujung yang dipahat, dan tang. Sebutir beras, pewarna akrilik, dan wadah kaca kecil juga diperlukan. Pertama, cat dibuat dengan mencampurkan cat akrilik dengan air hingga menjadi larutan kental. Cat tidak boleh berair. Para seniman kemudian mencelupkan kuas ke dalam cat dan memegang butiran beras dengan kuat dengan tang.
Seorang seniman kemudian menulis huruf-huruf di atas beras dengan tangan yang kuat, menggunakan goresan vertikal dan horizontal. Ini membantu agar huruf dapat terbaca dan menghasilkan tulisan yang tajam. Setelah cat mengering, beras dimasukkan ke dalam botol kecil dan diisi dengan minyak. Bagian atas kemudian disegel, dan lem super dioleskan ke pelek untuk menutupnya secara permanen. Produk akhir siap untuk disambungkan ke gantungan kunci atau kalung.