Orangutan adalah dua spesies kera besar yang hidup di hutan hujan Kalimantan dan Sumatera. Nama mereka berasal dari frase Melayu orang utan, yang berarti “manusia hutan.” Terjemahan awal dari istilah yang digunakan -ng bukannya -n, menjadikannya “orangutang,” tetapi ini tidak benar, hanya berasal dari godaan orang Barat untuk mengulangi akhir suku kata pertama pada suku ketiga. Dunia nyata diucapkan seperti dieja: orangutan.
Orangutan terkenal di seluruh dunia karena kecerdasannya yang tinggi, sifatnya yang tenang, rambut merah panjangnya, dan lengannya yang panjang. Kedua spesies tersebut adalah Orangutan Sumatera yang terdapat di pulau Sumatera dan Orangutan Kalimantan yang terdapat di Kalimantan. Orangutan Sumatera sangat terancam punah, dengan hanya sekitar 3,500 individu yang hidup di alam liar. Orangutan Kalimantan “hanya” terancam punah, dengan sekitar 45,000 individu di alam liar. Bersama-sama, orangutan adalah satu-satunya kera besar asli Asia (yang lain — manusia, simpanse, dan gorila — semuanya asli Afrika).
Dengan jantan dari spesies yang tumbuh setinggi 5 kaki 9 inci (123 cm), dan berat hingga 260 lbs (118 kg), orangutan adalah hewan arboreal terbesar di dunia — ia menghabiskan waktunya hampir secara eksklusif di pepohonan. Ini membedakan orangutan dari kera besar lainnya, tidak ada yang sangat arboreal. Sebagai hewan arboreal, buah-buahan merupakan 65% dari makanan orangutan. Mereka terutama menyukai buah ara. Hutan dataran rendah disukai oleh orangutan karena kandungan buahnya yang tinggi, tetapi sayangnya ini adalah hutan yang sama yang banyak diminati untuk penebangan.
Berbeda dengan kera besar lainnya, orangutan pada dasarnya menyendiri, dengan jantan dan betina hanya datang bersama untuk kawin. Ada juga dimorfisme seksual yang hebat, dengan jantan lebih tinggi dari satu kaki dan beratnya sekitar dua kali lipat betina. Perkembangan laki-laki adalah bimodal, dengan laki-laki “bergelang” memiliki banyak karakteristik seksual sekunder seperti kantong tenggorokan, bulu panjang, dan flensa pipi yang khas. Laki-laki berpipi memiliki pola hormonal yang sama sekali berbeda dari laki-laki yang tidak berpipi — hanya laki-laki berpipi yang mempertahankan wilayah, misalnya. Laki-laki berpipi membangun harem di atas wilayah, meminta perhatian perempuan dengan panggilan, tetapi laki-laki yang tidak berpipi hanya bisa berkembang biak dengan pemerkosaan. Sebuah penelitian terhadap orangutan di Sumatera menemukan bahwa setiap strategi sama efektifnya dalam menghamili betina.