Apa itu Band Bergerigi?

Pita bergerigi adalah bagian dari kulup penis manusia, atau kulit khatan, terkenal karena tampilannya yang kasar dan berkerut. Kadang-kadang disebut sebagai pita Taylor, setelah John R. Taylor, seorang ahli patologi Kanada dan peneliti medis yang dikenal untuk penelitian ekstensif pada fitur anatomi ini dan dikreditkan dengan menciptakan istilah “pita bergerigi”. Ini juga dikenal dengan istilah klinis “cingulus rugosus.” Karya Taylor telah membuat pita bergerigi menjadi bagian yang semakin penasaran—dan kontroversial—dari anatomi penis.

Taylor’s Band adalah kumpulan sekitar delapan hingga 10 ridges. Ini dianggap sebagai kelanjutan dari frenulum, pita jaringan bagian dalam yang mencegah kulup meregang terlalu jauh. Di ujung lain dari pita bergerigi adalah area jaringan yang halus. Seluruh kulit khatan terdiri dari mukosa, atau selaput lendir.

Taylor memperkenalkan konsep pita bergerigi dalam laporannya tahun 1991 “The Prepuce: What, Tepatnya, Dihapus oleh Sunat.” Ini dipresentasikan pada Simposium Internasional Kedua tentang Sunat yang diadakan di San Francisco antara 30 April dan 3 Mei 1991. Lima tahun kemudian, dalam laporan lanjutan yang diterbitkan dalam British Journal of Urology, Taylor mendalilkan bahwa sebagian besar pita bergerigi hilang selama sunat, yaitu pengangkatan sebagian atau seluruh kulup. Laporan tahun 1996 ini, “The Preputium: Mucosa Khusus Penis dan Kerugiannya untuk Sunat,” juga menandai debut istilah “pita bergerigi.”

Pada tahun 2007, penelitian Taylor telah membuatnya percaya bahwa pita bergerigi berisi kumpulan saraf yang kaya yang berkontribusi besar pada refleks yang diperlukan untuk menginduksi ejakulasi. Dengan kata lain, semakin banyak kulup yang dibuang, semakin tidak sensitif penis. Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa simposium 1991 di mana Taylor memulai teorinya telah diselenggarakan oleh National Organization of Circumcision Information Resource Centers (NOCIRC), sebuah organisasi non-pemerintah yang didedikasikan untuk menentang sunat.

Pernyataan Taylor bukannya tanpa pencela. Anggota fakultas Universitas Oxford AM Viens berpendapat bahwa Taylor hanya menggunakan 22 mayat dalam penelitiannya — ukuran sampel yang agak kecil dan tidak mencukupi. Taylor sendiri mengakui bahwa sementara dia teguh pada keyakinannya tentang pentingnya peran pita bergerigi dalam fungsi seksual penis, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sejauh mana peran tersebut.