Faktor pertumbuhan epidermal (EGF) adalah protein yang mengikat sel-sel dalam tubuh untuk mengatur pertumbuhannya. Biasanya terbuat dari 53 asam amino serta tiga jembatan disulfida, sering terlihat berlimpah dalam air liur manusia, plasma darah, trombosit, dan sel darah putih. Protein polipeptida biasanya membantu menjaga jaringan di mulut, kerongkongan, dan sistem pencernaan serta sekresi lendir untuk melindungi terhadap asam, bahan kimia, dan empedu. Ini adalah salah satu dari beberapa protein yang dapat mengikat reseptor terkait pada sel untuk mengatur aktivitas normal. Ketika faktor pertumbuhan epidermal mengikat sel, reaksi berantai biasanya mengarah pada sintesis asam deoksiribonukleat (DNA); malfungsi protein dapat mengganggu kontrol normal pembelahan sel.
Selain pembelahan sel tunggal, faktor pertumbuhan epidermal dapat memicu reaksi yang mengkomunikasikan sinyal kepada orang lain juga. Biasanya pertama merangsang protein di situs reseptor, dan kemudian sinyal biasanya dipicu dalam efek kaskade. Perubahan biokimia dalam sel dapat terjadi dan kalsium, glikogen, dan tingkat protein lainnya sering meningkat juga. Ekspresi gen sering diubah oleh proses ini dan penciptaan DNA baru sebelum pembelahan dapat dipicu. Faktor pertumbuhan epidermal mengikat reseptor yang biasanya memiliki bagian yang menonjol dari membran sel, dan bagian di dalam yang menyampaikan sinyal ke area lain di dalamnya.
Ketika molekul faktor pertumbuhan epidermal terhubung ke reseptor, itu dapat membentuk domain pengikatan. Komponen skala kecil ini termasuk molekul yang mencengkeram protein EGF. Dua struktur berbentuk batang yang terbuat dari asam amino dapat bereaksi, dan salah satunya sering dilepaskan untuk memungkinkan reseptor berinteraksi secara kimiawi dengan yang lain. Faktor pertumbuhan umumnya penting untuk embriogenesis, di mana ia dapat mengatur diferensiasi sel menjadi jaringan tertentu.
Terkadang faktor pertumbuhan epidermal tidak berfungsi dengan baik, dan jenis kanker tertentu dapat muncul jika proses pensinyalan menjadi terlalu aktif. Hasilnya bisa menjadi terlalu banyak EGF untuk diproduksi atau bentuk mutan dari reseptor untuk terbentuk. Penelitian medis sering berfokus pada pengumpulan data genetik dan struktural yang terkait dengan faktor pertumbuhan epidermal. Obat-obatan yang dapat menghambat reseptor protein dianggap dapat menurunkan risiko kanker. Ini kadang-kadang bekerja dengan menghalangi molekul dari pengikatan, atau dengan mencegah pesan dikirim ketika molekul berikatan dengan reseptor.