Feromon adalah bahan kimia yang dilepaskan oleh banyak hewan berbeda dan beberapa tumbuhan untuk mendorong respons perilaku tertentu pada hewan atau tumbuhan lain dari spesies yang sama. Salah satu feromon yang paling banyak dibicarakan adalah feromon seks, yang biasanya dikeluarkan oleh hewan betina untuk menarik pasangan jantan dengan menunjukkan kesiapan untuk berkembang biak. Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mengeksplorasi hubungan potensial antara feromon seks dan ketertarikan pada manusia. Namun, pada 2010, pemahaman ilmiah tentang produksi dan deteksi feromon manusia masih belum lengkap. Oleh karena itu, terlepas dari ketersediaan luas parfum dan semprotan “mate magnet” yang diduga mengandung feromon seks, belum ada hubungan pasti antara feromon manusia dan daya tarik.
Banyak peneliti telah mengusulkan bahwa keringat, terutama dari ketiak, bertindak sebagai kendaraan di mana feromon seks manusia dibawa. Studi tertentu telah mengeksplorasi kemungkinan bahwa aroma keringat seseorang dapat menghasilkan respons terkait seks pada orang lain. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa feromon yang terkandung dalam keringat wanita yang tinggal atau bekerja berdekatan dapat menyebabkan siklus menstruasi mereka menjadi sinkron. Studi lain menemukan bahwa sampel wanita yang memakai parfum yang dicampur dengan feromon sintetis menerima peningkatan perhatian seksual dari pasangan pria. Namun, pada dasarnya, validitas dan metodologis penelitian yang mengklaim dapat menunjukkan hubungan antara feromon seks manusia dan ketertarikan telah dipertanyakan.
Menurut beberapa peneliti, bukan keberadaan feromon seks manusia yang diragukan, melainkan kemampuan manusia untuk mendeteksi feromon tersebut. Sebagian besar mamalia memiliki struktur yang dikenal sebagai organ vomeronasal (VMO) di dalam hidungnya yang berfungsi sebagai pendeteksi feromon. Sementara VMO dapat ditemukan pada manusia selama tahap janin, organ tampaknya menghilang seiring perkembangan berlangsung. Beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak adanya VMO mencegah manusia mendeteksi feromon, sehingga membuat hubungan antara feromon seks dan ketertarikan menjadi tidak mungkin. Yang lain berpendapat bahwa VMO pada manusia tidak menghilang, melainkan berevolusi menjadi struktur lain yang belum ditentukan.
Tanpa bukti ilmiah yang pasti, tetap tidak mungkin untuk mengatakan apakah ada hubungan antara feromon dan daya tarik pada manusia. Namun demikian, sejumlah besar perusahaan wewangian memproduksi parfum dan semprotan yang diduga mengandung feromon seks yang dapat menarik pasangan. Karena umumnya tidak ada dasar ilmiah yang kuat untuk klaim ini, pembeli disarankan untuk menganggap produk tersebut dengan skeptis.