Gejala paranoia melibatkan respons hipersensitif terhadap delusi, yaitu keyakinan pada sesuatu yang tidak benar. Pasien yang mengalami paranoia cenderung menempatkan diri mereka di tengah skenario kompleks yang memperkuat delusi, dan mereka mungkin percaya bahwa orang-orang di sekitar mereka keluar untuk mendapatkannya. Mungkin sulit bagi pasien untuk mengenali gejala dan mencari pengobatan, karena pasien mungkin berpikir bahwa penyedia medis berencana untuk menyakitinya. Teman dan keluarga yang melihat tanda-tanda paranoia harus mendiskusikannya dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan saran tentang apa yang harus dilakukan, karena mendekati pasien secara langsung dapat menjadi kontraproduktif.
Paranoia dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai bagian dari kondisi kesehatan mental. Pasien mengembangkan delusi, seperti keyakinan bahwa selebriti terkenal ingin menikah dengannya, atau kecurigaan bahwa rekan kerja ingin membunuhnya. Dia menjadi semakin defensif tentang delusi dan mungkin menjadi agresif. Ketika teman dan keluarga menertawakan delusi atau mencoba meminimalkannya, pasien bisa menjadi sangat gelisah dan kesal.
Salah satu gejala utama paranoia adalah kecenderungan untuk membesar-besarkan situasi dan percaya bahwa segala sesuatu terkait kembali dengan delusi aslinya. Misalnya, seorang pasien paranoid yang mengira rekan kerjanya sedang berkomplot melawannya akan melihat dua rekan kerja mengobrol di aula dan mengira mereka sedang membicarakannya. Demikian juga, segala jenis komunikasi dari perusahaan akan diteliti untuk melihat apakah mereka mengandung pesan tersembunyi. Karena tidak ada yang hadir, karyawan tersebut mungkin menjadi gelisah dan akan mengembangkan ketakutan dan kecemasan, yakin bahwa perubahan yang tidak berbahaya seperti desain ulang kop surat bersifat jahat.
Tanda-tanda paranoia juga mencakup pertanyaan terus-menerus tentang motif orang lain. Ini bisa menjadi menjengkelkan, dan orang mungkin mulai menjadi agresif, yang membuat pasien percaya bahwa kecurigaannya benar. Ketika orang tidak dapat menjawab pertanyaan karena mereka tidak menyembunyikan apa pun dan tidak ada lagi informasi yang tersisa untuk didiskusikan, pasien menggunakan ini sebagai bukti untuk mendukung delusi. Saat pasien menghadapi resistensi terhadap delusi, gejala paranoia bisa menjadi lebih buruk.
Orang yang mengenali gejala paranoia dalam diri mereka dapat bertemu dengan profesional kesehatan mental untuk mendiskusikan situasi dan membicarakan pilihan pengobatan. Ini dapat mencakup terapi bicara serta obat-obatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan dalam kimia otak. Pasien lain mungkin menolak gagasan bahwa mereka memiliki kondisi kesehatan mental, dan mungkin membutuhkan intervensi yang hati-hati. Ini mungkin termasuk rawat inap untuk pasien dengan gejala paranoia yang sangat parah.