Pelatihan retoris adalah instruksi dalam perilaku dan teori tentang bagaimana mengekspresikan argumen dalam prosa dan pidato. Potongan tertulis atau lisan semacam itu juga dikenal sebagai retorika. Siswa yang menjalani pelatihan retorika belajar bagaimana menyusun argumen dengan mempelajari dasar-dasar logis dari membangun argumen dan perangkat retoris untuk memperbaiki struktur yang mendasari argumen. Pelatihan ini membantu siswa mengekspresikan ide-ide mereka secara koheren dalam debat, pengaturan akademik, dan percakapan sehari-hari.
Kata “argumen” mungkin memiliki konotasi perselisihan yang memanas dan sengit antara dua individu atau lebih, tetapi arti akademis dari kata tersebut tidak membawa gagasan konflik yang sama. Dalam pengertian akademis, argumen mengacu pada individu yang menyajikan ide dan alasan dia percaya itu benar. Argumen ini dapat ditulis dalam esai atau makalah penelitian, atau dapat disajikan secara lisan. Pelatihan retoris mengajarkan siswa bagaimana mempersiapkan dan menyajikan argumen ini.
Mempelajari struktur logis adalah aspek mendasar dari pelatihan retorika. Dengan mempelajari pola cara premis yang berbeda dapat digabungkan untuk mendukung kesimpulan secara logis, siswa dapat membangun argumen yang valid secara logis. Ketika mereka belajar bagaimana mendukung premis-premis ini dengan bukti, siswa belajar bagaimana membuat argumen yang dapat menahan seseorang yang mempertanyakan kebenaran premis argumen mereka. Siswa yang telah menjalani pelatihan retorika kemudian dapat menggunakan pengetahuan ini untuk menguji argumen yang akan mereka hadapi, mencari kelemahan logis dalam cara premis-premis tertentu mendukung kesimpulan atau cara-cara bukti pendukung membuktikan premis-premis itu benar.
Meskipun dasar-dasar logika dan bukti adalah inti dari retorika, pelatihan retorika juga mencakup pengajaran perangkat retorika kepada siswa yang dapat melayani berbagai tujuan dalam sebuah argumen. Salah satu perangkat retoris yang membantu memberikan argumen struktur yang lebih dalam disebut antitesis, di mana penulis memasukkan dua pernyataan yang tampaknya berlawanan dalam kalimat yang sama untuk menekankan kontras antara dua ide. Perangkat retoris lainnya, seperti aliterasi, dapat membantu sebuah argumen terdengar lebih literal bagi audiens. Aliterasi melibatkan penulis mengulangi suara yang sama di awal kata-kata dalam sebuah kalimat.
Semua siswa menerima sejumlah pelatihan retorika di sekolah, apakah mereka masih muda atau di perguruan tinggi. Ketika siswa belajar menulis esai persuasif, esai argumentatif, atau makalah penelitian, mereka mempelajari dasar-dasar mendukung kesimpulan dengan premis dan mendukung premis tersebut dengan bukti. Siswa dapat memilih untuk mengikuti pelatihan retorika tambahan melalui kegiatan seperti klub pidato dan debat atau untuk mempelajari subjek sebagai jurusan atau minor di perguruan tinggi sebagai persiapan untuk sekolah pascasarjana atau sekolah hukum.