Patofisiologi ketoasidosis diabetikum mencakup semua reaksi kimia tidak sehat yang terjadi di dalam tubuh karena pelepasan hormon dan peningkatan gula darah yang tidak terkontrol. Kondisi ini dapat berkembang pada individu yang memiliki diabetes gestasional, tergantung insulin (tipe 1), atau tidak tergantung insulin (tipe 2). Penderita diabetes biasanya belajar mengenali penyebab dan gejala ketoasidosis, bersama dengan tindakan pencegahan.
Ketika pankreas melepaskan sedikit atau tidak ada insulin, glukosa tidak dapat masuk dan memelihara sel, dan ketoasidosis diabetikum dimulai. Sel mulai kelaparan dan tubuh memetabolisme sel lemak, hati dan otot untuk glukosa dan asam lemak dalam upaya untuk menemukan sumber nutrisi. Gula darah terus meningkat karena nutrisi tetap terkunci di luar membran sel. Asam lemak diubah menjadi keton, yang bersama dengan gula, berjalan ke ginjal.
Ginjal memulai upaya intensif untuk menghilangkan keton dan gula dari darah, yang membutuhkan peningkatan keluaran urin yang menghabiskan air dalam tubuh. Patofisiologi ketoasidosis diabetik dapat mengakibatkan hilangnya hingga 10% dari total cairan tubuh, yang mengakibatkan dehidrasi. Kehilangan cairan menyebabkan hilangnya elektrolit juga, termasuk klorida, kalium, dan natrium. Selama gula darah tetap tinggi, siklus terus berlanjut.
Salah satu gejala ketoasidosis yang paling terkenal termasuk bau napas buah. Penderita diabetes menjadi sangat haus karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Mereka mungkin mengalami ketidaknyamanan perut dan nafsu makan berkurang, diikuti oleh mual dan muntah. Pasien juga dapat mengalami nyeri dada atau kesulitan bernapas. Jika tidak diobati, ketoasidosis diabetik dapat menyebabkan koma dan kematian.
Menurunkan gula darah adalah langkah paling penting dalam pengobatan ketoasidosis. Penderita diabetes yang didiagnosis sebelumnya dapat mengambil dosis tambahan obat antidiabetes oral atau memberikan insulin kerja cepat sendiri, atas saran dokter. Patofisiologi ketoasidosis diabetikum sering menjadi jelas pada individu dengan diabetes yang tidak terdiagnosis, dan episode awal ketoasidosis biasanya memerlukan rawat inap. Pasien segera menerima cairan infus dan insulin.
Petugas kesehatan juga mengoreksi ketidakseimbangan asam/basa dan elektrolit pasien. Selama dirawat di rumah sakit, pasien menerima informasi tentang diabetes dan pengobatannya. Mereka belajar bagaimana memantau gula darah dan keton urin mereka dan diberi informasi mengenai diet yang tepat, olahraga, dan pemberian obat-obatan. Informasi juga biasanya mencakup langkah-langkah yang harus diambil pasien jika gula darahnya naik di atas tingkat tertentu.
Penyebab ketoasidosis pada penderita diabetes yang terdiagnosis dapat mencakup stres emosional atau fisik. Tubuh juga mengalami stres selama masa sakit yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi medis lain yang mendasarinya. Stres menyebabkan pelepasan adrenalin, glukagon, dan hormon pertumbuhan, yang memicu resistensi insulin yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik.