Terapi batin anak mengacu pada praktik konseling yang bertujuan untuk mengungkap dan menyembuhkan anak batin yang “hidup” dalam diri setiap orang. Keyakinan umum menyatakan bahwa jika seorang anak dirusak, dilecehkan, atau mengalami trauma selama tahun-tahun perkembangan yang mengesankan, dia kemungkinan besar akan selalu memiliki masalah yang berkaitan dengan area di mana dia dirugikan. Misalnya, seorang anak yang terus-menerus diberi tahu bahwa dia “bodoh” kemungkinan besar akan terus memercayainya hingga dewasa. Terapi anak batin memungkinkan pasien untuk mengungkapkan perasaan yang tidak divalidasi selama masa kanak-kanak sehingga ia dapat bergerak melewatinya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan terapi inner child. Beberapa terapis menggunakan taktik seperti hipnosis untuk membuat pasien terbuka, meskipun praktik ini telah banyak diteliti. Hipnoterapi sering diyakini membuat pasien sangat mudah dipengaruhi oleh komentar yang dibuat oleh terapis. Karena itu, jika konselor mengajukan pertanyaan tentang pelecehan, misalnya, gagasan tentang pelecehan dimasukkan ke dalam kepala pasien. Hal ini dapat menyebabkan “kenangan palsu” dari pelecehan yang dipulihkan oleh pasien.
Yang lain percaya bahwa hipnoterapi adalah cara yang akurat untuk membuat pasien mendiskusikan ingatan yang ditekan atau ingatan yang telah dilupakan karena seringkali sangat menyakitkan atau traumatis. Tidak ada teori yang terbukti, jadi hipnosis adalah praktik terapi yang populer bagi banyak pasien dan praktisi. Seringkali, ini digunakan dalam kombinasi dengan metode terapi lainnya.
Metode umum lainnya untuk terapi anak batiniah adalah terapis melibatkan pasiennya dalam percakapan tentang pengalaman menyakitkan. Terapis dan konselor dilatih dalam teknik untuk membantu pasien membuka diri. Teori di balik metode ini adalah bahwa dengan membicarakan pengalaman menyakitkan, pasien dalam arti tertentu menghidupkannya kembali. Hal ini memungkinkan dia untuk menangani perasaan dan emosi yang ditimbulkan dengan cara yang sehat.
Misalnya, jika seorang pasien dilecehkan secara seksual sebagai seorang anak, ia mungkin memiliki perasaan malu dan bersalah sepanjang masa kanak-kanaknya dan hingga dewasa. Dengan menghidupkan kembali pengalaman disalahgunakan dalam pikirannya, meskipun menyakitkan, dia sering kali dapat memahami situasi dengan menggunakan logika orang dewasa daripada logika anak-anak. Dia melihat keadaan pelecehannya dengan cara baru dengan membicarakan banyak hal, mungkin untuk pertama kalinya. Segera dia mulai menyadari bahwa pelecehan itu bukan salahnya.
Meskipun ini adalah versi yang terlalu disederhanakan dari apa yang mungkin terjadi selama sesi, ini adalah gagasan yang akurat tentang apa yang terjadi selama terapi anak batiniah. Orang dewasa belajar untuk menghadapi, mengakui, menantang, dan melepaskan perasaan dan pola pikir yang dibawanya sejak kecil. Hal ini memungkinkan dia untuk mengembangkan pola pikir dan ide yang lebih baru, lebih sehat, tentang dunia di sekitarnya; sehingga memungkinkan dia untuk menjalani kehidupan yang lebih memuaskan.