Neurofarmakologi adalah cabang ilmu saraf yang melibatkan studi tentang obat-obatan yang mengubah sistem saraf dan fungsinya, khususnya di dalam otak. Tujuan neurofarmakologi secara umum adalah untuk memahami fungsi dasar impuls dan sinyal di dalam otak untuk menemukan cara-cara di mana obat dapat digunakan untuk mengobati gangguan neurologis dan ketergantungan obat. Ada dua cabang neurofarmakologi: perilaku dan molekuler.
Neurofarmakologi perilaku berfokus pada ketergantungan obat dan cara obat adiktif mempengaruhi pikiran manusia. Neurofarmakologi molekuler melibatkan studi tentang neuron, neurotransmiter, dan reseptor neuron dengan tujuan mengembangkan obat baru yang akan mengobati gangguan neurologis seperti depresi, psikosis, dan skizofrenia. Untuk memahami potensi kemajuan dalam kedokteran yang dapat dibawa oleh neurofarmakologi, penting untuk memahami bagaimana impuls pikiran ditransfer dari neuron ke neuron dan bagaimana obat dapat mengubah dasar kimiawi dari proses ini.
Neuron menyampaikan pesan satu sama lain melalui penggunaan bahan kimia otak yang berbeda yang disebut neurotransmiter. Setiap neuron memiliki reseptor yang menerima pesan. Pesan, bagaimanapun, dapat terganggu dengan salah satu dari empat cara saat berjalan di antara neuron.
Pertama, neurotransmiter dapat hanyut sehingga pesan tidak pernah tersampaikan. Ini disebut difusi. Neurotransmitter juga dapat mengalami degradasi enzimatik, atau penonaktifan, di mana enzim tertentu mengubah neurotransmitter sehingga neuron penerima tidak lagi mengenali neurotransmitter dan tidak akan menerimanya.
Masalah ketiga yang dapat terjadi adalah ketika sel glial, yang memelihara neuron, membuang neurotransmiter sebelum pesan dapat diterima oleh neuron berikutnya. Akhirnya, reuptake dapat terjadi. Dalam proses ini, neuron transmitter dibawa kembali ke neuron yang melepaskannya.
Salah satu kemajuan dalam neurofarmakologi yang memanfaatkan cara kerja neurotransmiter adalah penggunaan “blocker”. Ini adalah obat yang secara artifisial mengisi reseptor neuron sehingga tidak dapat menerima sinyal yang tidak diinginkan dari neuron lain. Dengan cara ini, obat telah dikembangkan untuk melawan kecanduan narkoba, memenuhi keinginan neuron untuk bahan kimia tertentu tanpa mengirimkan obat yang sebenarnya ke neuron.
Metode yang sama telah digunakan untuk mengobati depresi dengan mencegah pengambilan kembali neurotransmiter seperti serotonin yang meningkatkan perasaan sejahtera. Dengan memblokir reseptor di sel yang mengeluarkan serotonin, sel tidak dapat menyerap kembali bahan kimia tersebut. Hal ini memungkinkan neurotransmiter untuk maju dan mengirimkan sinyal seperti pada otak yang normal dan sehat.