Keju Leerdammer dibuat secara eksklusif oleh perusahaan Belanda Le Groupe Bel dan baru beredar di pasaran selama beberapa dekade. Keju ini terbuat dari susu sapi dan memiliki rasa pedas yang ringan. Ini dianggap sebagai persilangan antara keju Gouda, Edam dan Emmental. Ini telah menjadi salah satu keju Belanda paling populer di Eropa dan sering dianggap sebagai alternatif yang terjangkau untuk keju Emmental.
Keju Belanda semi-keras ini dibuat pada 1970-an oleh seorang peternak sapi perah bernama Cees Boterkooper dan pengecer keju tetangga bernama Bastiaan Baars. Pasangan ini bekerja selama beberapa tahun untuk merancang keju semi-keras yang dapat bersaing dengan Edam dan Gouda. Pada tahun 1977, kedua pembuat keju mengumumkan bahwa pekerjaan mereka telah selesai, dan mereka mulai membuat dan mendistribusikan keju dari produk susu mereka di Schoonrewoerd, Belanda. Leerdrammer kemudian diproduksi oleh perusahaan Baars selama beberapa tahun sampai Le Groupe Bel memperoleh resep dan mereknya.
Keju Leerdammer sejati hanya dapat diproduksi oleh Le Groupe Bel, tetapi keju Maasdam memiliki semua karakteristik Leerdammer tanpa nama merek. Keju tersedia baik dalam lilin atau kulit yang dipoles secara alami, dan mengandung lebih sedikit natrium dan lemak daripada keju semi-keras lainnya dari wilayah tersebut. Keju Maasdam sangat mirip dengan keju Emmental kecuali harganya jauh lebih terjangkau dan waktu pembuatannya lebih sedikit. Seperti keju Leerdammer itu sendiri, keju Maasdam dikenal karena rasanya yang manis dan pedas, meskipun faktanya keju ini dibuat dari bahan yang sama dengan keju Swiss. Keju Maasdam dan Leerdammer sering dinikmati sendiri, tetapi mereka juga merupakan bahan utama dalam sejumlah jenis sup, souffle, dan makanan pembuka yang berbeda.
Selain rasanya yang khas, keju Leerdammer juga dikenal dengan lubang menonjolnya yang sangat mirip dengan yang terdapat pada keju Emmental. Lubang-lubang tersebut dibuat oleh pertumbuhan bakteri yang terjadi seiring bertambahnya usia keju selama periode tiga hingga 12 bulan. Lubang mengembang selama proses pematangan karena karbon dioksida yang dibuat oleh bakteri. Ukuran dan frekuensi lubang ini ditentukan oleh suhu keju yang terpapar selama proses pematangan, serta jumlah waktu yang dibutuhkan keju untuk berfermentasi.