Apa itu Lalat di Dinding?

“A fly on the wall” adalah idiom bahasa Inggris, atau ungkapan yang mengambil makna dari kata-kata yang tidak secara khusus terkait dengan maksudnya. Ungkapan tersebut berarti bahwa seseorang dapat mendengarkan dan menyaksikan apa yang terjadi di tempat tertentu tanpa sedang diamati. Ungkapan tersebut mengacu pada kemampuan seekor lalat untuk duduk di dinding dan juga relatif tidak diperhatikan. Frasa ini paling sering digunakan dalam bahasa Inggris British dan Amerika.

Frasa ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Contoh terdokumentasi paling awal dari “lalat di dinding” muncul dalam edisi Februari 1921 dari The Oakland Tribune. Ungkapan dalam artikel itu adalah “Saya hanya ingin menjadi lalat di dinding ketika Orang yang Tepat datang.” Itu menjadi ekspresi yang sangat populer sehingga akhirnya menyebar ke Inggris.

Dalam percakapan, frasa ini biasanya digunakan ketika seorang pembicara menunjukkan keinginan untuk mendengarkan suatu peristiwa tertentu. Misalnya, “Saya berharap saya menjadi lalat di dinding pada pertemuan itu.” Ini juga dapat digunakan oleh pembicara secara spekulatif, di mana mereka mungkin bertanya-tanya apa yang akan mereka pelajari jika mereka dapat menyaksikan situasi tertentu tanpa teramati.

Ungkapan ini juga telah digunakan untuk menggambarkan film nonfiksi observasional yang disebut dokumenter terbang di dinding, yang menjadi populer pada 1960-an dan 1970-an. Dalam hal ini, ini biasanya berarti bahwa aksi berlangsung saat kamera dibuat senyaman mungkin sehingga orang yang difilmkan akan bertindak secara alami. Bahkan jika kamera berada di depan mata, peserta sering kali menjadi begitu terbiasa dengan kehadirannya sehingga pada akhirnya mereka akan bertindak seolah-olah mereka tidak sedang difilmkan.

Secara historis, citra hewan telah menjadi bagian populer dari ekspresi idiomatik bahasa Inggris. Banyak frasa umum merujuk pada ciri-ciri hewan tertentu seperti idiom “rasa ingin tahu membunuh kucing”, “macan tutul tidak dapat mengubah bintiknya”, dan “seperti ayam yang kepalanya terpenggal”. Yang lain kurang secara khusus melekat pada ciri-ciri hewan, seperti frasa “burung di tangan bernilai dua di semak-semak,” “membalik burung,” “hari-hari anjing di musim panas,” dan “sakit seperti anjing.”