Kota hantu adalah pemukiman manusia yang telah ditinggalkan. Kota hantu sangat bervariasi ukurannya, dari kota yang awalnya tidak terlalu besar hingga pusat komunitas yang dulu berkembang pesat. Dalam banyak kasus, kota hantu menjadi subjek yang menarik di antara pengunjung ke wilayah tersebut, menarik wisatawan yang ingin tahu ke situs tersebut.
Banyak orang mengasosiasikan konsep kota hantu secara khusus dengan komunitas pertambangan berkembang di Amerika Barat yang ditinggalkan setelah tambang mereda pada abad ke-19. Namun, manusia telah meninggalkan pemukiman selama ribuan tahun, karena sisa-sisa banyak pemukiman di tempat-tempat seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia dapat bersaksi. Kadang-kadang, kota hantu terhapus dari lanskap seluruhnya, sementara dalam kasus lain hanya jejak seperti fondasi yang tersisa, dan, lebih jarang, kota hantu mempertahankan sebagian besar struktur aslinya.
Salah satu alasan paling umum untuk sebuah pemukiman menjadi kota hantu adalah keruntuhan ekonomi, yang sering dipicu oleh eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Dalam kasus lain, sumber daya alam seperti air mengalir begitu saja, sehingga masyarakat tidak lagi lestari. Kota hantu juga dapat diciptakan melalui bencana alam atau masalah lingkungan, seperti tumpahan racun yang tidak terkendali.
Dalam beberapa kasus, kota hantu sengaja dibuat. Banyak pemerintah telah merelokasi masyarakat untuk memberi ruang bagi waduk, misalnya, meninggalkan bangunan yang tertutup air saat lembah banjir. Instalasi militer yang terbengkalai juga dapat dilihat sebagai produk pilihan yang disengaja, seperti pemberhentian kereta api yang dihentikan, atau kota-kota yang ditinggalkan ketika jalan raya utama bergerak.
Perang adalah kekuatan pendorong umum lainnya di balik penciptaan kota hantu, terutama jika perang melibatkan perbatasan yang diperebutkan. Warga mungkin meninggalkan kota karena mereka tidak lagi ingin berada di garis depan, atau karena mereka adalah minoritas etnis, agama, atau budaya, dan melarikan diri dari negara lebih aman daripada tetap tinggal. Kadang-kadang epidemi penyakit telah menciptakan kota-kota hantu, baik karena cukup banyak populasi yang mati sehingga kota tersebut berkurang populasinya, atau karena para pejabat memutuskan untuk menutup daerah yang terkontaminasi, daripada mencoba membersihkannya.
Jika Anda memutuskan untuk mengunjungi kota hantu, Anda harus ingat bahwa kota-kota seperti itu menarik karena nilai sejarahnya, dan bahwa mengambil barang-barang dari kota hantu dapat mengurangi kesenangan orang lain. Meskipun menggiurkan sebagai suvenir, artefak yang menarik sebaiknya dibiarkan begitu saja sehingga orang lain dapat melihatnya juga. Banyak asosiasi sejarah juga menyambut sumbangan waktu dan energi dari para sukarelawan untuk membantu memelihara kota hantu bagi pengunjung masa depan.