Apa itu Kelalaian Bruto?

Kelalaian besar terjadi ketika seseorang atau entitas bertindak dengan cara yang sembrono atau dengan sengaja mengabaikan keselamatan orang lain. Ini lebih parah dari sekedar kelalaian, yang hanya merupakan kegagalan untuk melakukan perawatan yang wajar. Misalnya, jika pengemudi semi-truk menjalankan tanda berhenti dan menabrak mobil, pengemudi dapat dianggap bertanggung jawab atas kelalaian. Namun, anggaplah bahwa pengemudi itu juga minum alkohol dan melebihi batas yang sah. Dalam keadaan itu, pengemudi dapat dianggap bertanggung jawab atas kelalaian berat karena pengemudi gagal menggunakan sedikit pun kehati-hatian dalam mengoperasikan semi-truk.

Untuk membuktikan tanggung jawab kelalaian berat, penggugat umumnya perlu menunjukkan beberapa elemen. Pertama, penggugat biasanya perlu menunjukkan bahwa tergugat memiliki kewajiban untuk berhati-hati kepada penggugat atau masyarakat umum untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya, penggugat akan panjat tebing dengan perusahaan petualangan luar ruangan, yang memasok semua peralatan panjat serta instruktur. Perusahaan petualangan akan berutang kewajiban kepada penggugat untuk memastikan bahwa peralatan apa pun yang disediakan berfungsi dengan baik.

Kedua, penggugat biasanya perlu menunjukkan bahwa tergugat secara terang-terangan dan acuh tak acuh melanggar kewajibannya kepada penggugat. Unsur ini berbeda dengan kelalaian, yang hanya menuntut penggugat untuk membuktikan bahwa tergugat gagal menggunakan kehati-hatian yang wajar. Dalam contoh panjat tebing di atas, misalnya, misalkan instruktur dengan ceroboh lupa untuk mengencangkan peralatan panjat tebing penggugat dengan benar dan akibatnya penggugat jatuh dan kakinya patah. Instruktur dan perusahaan mungkin bertanggung jawab atas kelalaian. Namun, jika instruktur menyediakan peralatan yang dia tahu dapat rusak sewaktu-waktu, instruktur dan perusahaan dapat bertanggung jawab atas kelalaian berat.

Unsur ketiga dari kelalaian berat mensyaratkan untuk menunjukkan bahwa penggugat mengalami kerugian karena tergugat melanggar kewajibannya kepada penggugat. Dalam situasi panjat tebing, penggugat perlu menunjukkan bahwa dia menderita cedera akibat instruktur menyediakan peralatan yang salah. Karena penggugat mematahkan kedua kakinya karena peralatan yang rusak, dia akan dapat menetapkan elemen ini.

Elemen terakhir dari kelalaian besar adalah sebab-akibat. Penggugat harus menunjukkan bahwa cederanya merupakan konsekuensi yang dapat diduga dari perilaku tergugat. Dalam kasus cedera panjat tebing, penyebab akan hadir jika instruktur memberikan peralatan penggugat yang instruktur tahu itu salah. Diperkirakan bahwa peralatan yang rusak dapat mengakibatkan kegagalan peralatan dan cedera pada pemanjat tebing. Akibatnya, instruktur dan perusahaan petualangan akan bertanggung jawab kepada penggugat atas kerugiannya.