Lima dan sepeser pun adalah toko yang menjual berbagai barang rumah tangga murah dengan harga diskon. Nama lima dan sepeser pun mengacu pada kategori toko yang menjadi populer di akhir abad ke-19. Konsep toko dimulai dengan toko FW Woolworth yang berkembang di Amerika Serikat dan menjadi pelopor toko diskon dan toko dolar.
Lima dan sepeser pun pertama dibuka oleh Frank Winfield Woolworth pada tahun 1879 di Utica, New York, tetapi hanya menawarkan barang-barang yang berharga satu nikel. Woolworth telah bereksperimen dengan konsep meja lima sen, pendahulu meja kosong, di toko barang kering tempat dia bekerja. Setelah toko pertama berjalan dengan buruk, Woolworth mengubah rencananya dan menawarkan barang-barang yang harganya lima sen atau 10 sen. Dia memperluas dan membuka toko lain, beberapa di antaranya gagal sementara yang lain berhasil. Pada akhir abad ke-19, Woolworth memiliki 54 toko lima dan sepeser pun di Amerika Serikat.
Berbagai item toko ini dan harga yang lebih rendah menarik bagi para imigran dan segmen populasi yang lebih miskin. Woolworth menambahkan konter makan siang yang menawarkan makanan restoran murah dan menambahkan daya tarik lain untuk pembeli yang sadar harga. Untuk menawarkan barang dagangannya dengan harga lebih rendah daripada department store, Woolworth menegosiasikan kesepakatannya sendiri dengan pemilik toko, yang secara efektif menghilangkan perantara.
Pengecer lain membuka rantai sukses mereka sendiri. Beberapa toko uang receh paling populer di awal abad ke-20 termasuk Ben Franklin, Duckwall-ALCO, dan Walton’s Five and Dime. Beberapa toko ini berfungsi sebagai pelopor untuk toko diskon dan toko serba ada sambil berubah dan berkembang untuk memasukkan poin harga yang lebih tinggi dan variasi barang yang lebih banyak. Toko Kress akhirnya menjadi pengecer besar K-Mart, sedangkan toko Walton menjadi Walmart.
Karena perubahan ekonomi pada 1970-an dan 1980-an, toko sepeser pun secara bertahap menghadapi lebih banyak persaingan dari toko diskon yang lebih khusus. Akhirnya, lima dan sepeser pun kehilangan berbagai sektor dari penawaran mereka ke toko obat diskon, toko rumah kantor, dan toko pakaian diskon. Pembeli mulai berbondong-bondong ke daerah pinggiran kota untuk berbelanja, menghabiskan lebih sedikit waktu di daerah pusat kota di mana banyak toko sepeser pun beroperasi.
Karena barang seharga lima sen atau 10 sen menjadi lebih jarang dan inflasi tumbuh, toko dolar menjadi populer. Beberapa toko dolar hanya berisi barang dengan harga satu dolar, sementara toko dolar lainnya menawarkan barang dengan harga lain. Istilah toko dolar umumnya mengacu pada toko kecil yang menawarkan barang-barang murah dengan diskon, sebuah konsep yang tidak jauh dari konsep asli toko lima dan sepeser pun.