Efek Westermarck adalah fenomena yang telah diamati pada individu yang menghabiskan banyak waktu satu sama lain di bawah usia enam tahun. Orang-orang yang dibesarkan bersama, terlepas dari hubungannya, cenderung menjadi peka satu sama lain, dan mereka umumnya tidak akan mengembangkan ketertarikan seksual satu sama lain di kemudian hari. Berbagai penelitian telah mendukung konsep efek Westermarck.
Ide ini kadang-kadang disebut sebagai “pencetakan terbalik,” dan dinamai Edvard Westermarck, seorang sosiolog Finlandia yang bekerja dan menulis pada akhir 1800-an. Dia sangat tertarik pada pola pernikahan dan tabu inses, dan gagasannya bahwa orang yang dibesarkan bersama tidak akan mengembangkan ketertarikan seksual bertentangan dengan keyakinan Freud, seorang kontemporer terkemuka. Seiring waktu, tampak jelas bahwa Westermarck dibenarkan, karena bukti dengan kuat menunjukkan bahwa ide-ide Freud tidak didukung oleh bukti aktual.
Selain menggunakan data tentang saudara dan saudari yang dibesarkan bersama, peneliti tentang efek Westermarck juga melihat situasi di mana individu yang tidak terkait dibesarkan bersama. Misalnya, di kibbutzim Israel, anak-anak sering dibesarkan bersama dalam kelompok sebaya yang besar, dan anggota kelompok sebaya yang sama jarang mengembangkan hubungan yang bersifat seksual satu sama lain. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak kecil yang diadopsi ke dalam rumah tangga dengan anak-anak yang sudah ada.
Sebaliknya, saudara kandung yang dibesarkan secara terpisah terkadang mengembangkan ketertarikan seksual satu sama lain ketika mereka bertemu di kemudian hari, mengembangkan apa yang dikenal sebagai ketertarikan seksual genetik. Para peneliti tentang efek Westermarck juga menemukan bahwa batas waktu enam tahun sangat penting; anak-anak yang dibesarkan bersama setelah usia enam tahun tidak menunjukkan efek Westermarck, yang menunjukkan bahwa itu ada hubungannya dengan perkembangan anak usia dini.
Penentang teori ini sering menunjuk pada contoh sejarah pernikahan saudara kandung, seperti yang dilakukan di Mesir Kuno di antara kelas penguasa. Namun, pernikahan ini bukanlah contoh tandingan yang baik, karena pernikahan semacam itu biasanya dibuat tanpa berkonsultasi dengan mereka yang terlibat, dan adalah umum bagi anak-anak dari kelas penguasa untuk dibesarkan secara terpisah satu sama lain, karena berbagai alasan.
Dalam contoh modern yang menarik dari efek Westermarck di tempat kerja, para peneliti mempelajari keluarga tradisional Cina, yang terkadang mengadopsi seorang gadis muda ke dalam rumah tangga mereka dengan tujuan untuk menikahi gadis itu dengan anak laki-laki mereka. Mereka menemukan bahwa gadis-gadis itu sering kali sangat menentang pernikahan seperti itu ketika mereka dewasa, dan bahwa pernikahan ini lebih rentan terhadap perceraian, tidak memiliki anak, atau perzinahan di kemudian hari.