Istilah “batu gerinda” digunakan untuk menggambarkan dua hal yang berbeda, keduanya terbuat dari batu. Di satu sisi, batu asah adalah batu yang berputar pada poros tengah pada berbagai tingkat kecepatan, dirancang untuk menggiling dan memoles. Dalam pengertian lain, batu gerinda adalah batu giling, batu khusus yang dirancang khusus untuk menggiling biji-bijian. Batu asah yang dimaksud biasanya jelas dari konteksnya; keduanya juga digunakan untuk menggambarkan rasa terbebani atau bekerja, seperti dalam “tetap gerah”.
Dalam pengertian pertama, batu asah adalah piringan batu tebal berpori dengan lubang di tengahnya. Sebuah poros berputar dapat dipasang melalui lubang untuk memutar batu; adalah umum untuk memasang batu asah di atas bak atau baskom, sehingga serbuk digiling ke dalam wadah yang mudah dibersihkan, bukan di seluruh lantai. Menggunakan motor listrik atau pedal kaki, batu asah dapat diputar dengan kecepatan yang bervariasi, yang diubah tergantung pada proyek yang sedang berlangsung.
Batu asah sering digunakan untuk mengasah pisau dan alat lainnya. Mereka juga dapat digunakan untuk membuat polesan pada sesuatu seperti batu atau kayu; batu gerinda yang digunakan untuk memoles biasanya memiliki butiran yang sangat halus, karena butiran kasar akan mencungkil proyek, daripada memolesnya. Di banyak toko, beberapa batu asah disimpan, memungkinkan orang untuk bekerja melalui batu asah dengan butiran yang semakin halus untuk mencapai tampilan akhir yang diinginkan.
Sebuah batu kilangan sebenarnya adalah salah satu dari sepasang batu melingkar besar. Batu giling ditumpuk di atas satu sama lain untuk proses penggilingan; biasanya batu bagian bawah diputar sedangkan batu bagian atas tetap diam. Gandum dituangkan melalui lubang di batu giling atas dan kemudian digiling di antara keduanya, menetes keluar melalui alur di batu sebagai tepung. Butir tepung dapat divariasikan dengan menggunakan batu giling dengan berbagai ukuran dan kecepatan yang berbeda selama proses penggilingan.
Banyak batu giling cukup besar, dirancang untuk menggiling biji-bijian dalam jumlah besar sekaligus. Batu giling awal ditenagai oleh hewan yang diikat ke batu atau kincir air, itulah sebabnya banyak pabrik tepung bersejarah terletak di dekat sungai. Penggalian arkeologis telah menemukan versi awal dari batu giling, menunjukkan bahwa manusia telah mengenal langkah-langkah dasar untuk membuat tepung selama ribuan tahun. Tepung paling modern adalah potongan baja, bukan gilingan batu; beberapa orang merasa bahwa tepung giling batu lebih unggul, dan secara aktif mencarinya.