Apa Hubungan antara Kemoterapi dan Infeksi?

Hubungan antara kemoterapi dan infeksi berkaitan dengan kesehatan sumsum tulang tubuh. Pengobatan kanker kimia dapat menekan fungsi sel darah putih di sumsum tulang, sehingga lebih sulit untuk melawan infeksi. Kemoterapi dan risiko infeksi dapat diatasi melalui pengobatan antimikroba untuk mencegah infeksi dan obat-obatan untuk menstabilkan jumlah sel darah putih. Dokter biasanya menginstruksikan pasien tentang menghindari risiko infeksi saat menerima perawatan kemoterapi.

Jumlah sel darah putih cenderung menurun seminggu hingga 10 hari setelah kemoterapi, terutama setelah pengobatan putaran pertama. Kemoterapi dan gejala infeksi dapat menimbulkan risiko serius jika jumlah sel darah putih turun sangat rendah. Infeksi mungkin menunda pengobatan kanker lebih lanjut atau memerlukan dosis kemo yang lebih rendah.

Tubuh manusia memproduksi lima jenis sel darah putih untuk mengatur fungsi sistem kekebalan tubuh. Kemoterapi dan risiko infeksi bergantung pada beberapa faktor, termasuk seberapa rendah jumlah sel darah putih turun, berapa lama tetap rendah, dan jenis sel darah putih yang terpengaruh. Jenis kemoterapi yang digunakan juga dapat mempengaruhi apakah infeksi berkembang. Infeksi biasanya muncul di mulut, usus, saluran genital, atau pada permukaan kulit.

Sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh mungkin juga dirugikan oleh kemoterapi. Beberapa pasien mudah memar, atau berdarah melalui hidung atau mulut, ketika jumlah sel darah merah turun. Darah dalam urin dan feses berwarna gelap, bersama dengan ruam merah pada kulit, mungkin juga menunjukkan jumlah sel darah merah yang rendah.

Infeksi hanya merupakan salah satu kemungkinan efek samping dari pengobatan kanker. Keluhan umum termasuk mual dan muntah, dan kehilangan nafsu makan yang dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pasien mungkin menjadi anemia, atau menderita diare atau sembelit, saat menjalani perawatan. Tanda-tanda fungsi sumsum tulang yang tertekan termasuk kelelahan, detak jantung yang cepat, dan sesak napas.

Bahkan sedikit demam mungkin menandakan infeksi pada pasien kanker. Gejala mungkin menyerupai flu, dengan menggigil, nyeri tubuh, berkeringat, dan nyeri. Jika infeksi pernapasan berkembang, pasien mungkin memuntahkan dahak berwarna hijau atau kuning. Infeksi kulit mungkin tampak merah dan bengkak, dan terasa panas saat disentuh.
Dokter biasanya merekomendasikan sering mencuci tangan untuk mengatasi kemoterapi dan manajemen infeksi. Menghindari kerumunan besar dan keluarga serta teman yang sakit juga dapat membantu menurunkan risiko, terutama selama musim flu. Luka harus dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infeksi bakteri. Daging harus dimasak dengan matang untuk melindungi dari infeksi saluran cerna. Jika infeksi berkembang, dokter biasanya meresepkan antibiotik.