Jika seseorang mendapatkan “tawa terakhir”, maka dia biasanya mencapai sesuatu atau berhasil dalam suatu usaha. Ungkapan ini secara khusus sering digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang telah gagal di masa lalu, atau belum pernah menjadi yang paling sukses dalam usaha tertentu sebelumnya. Gagasan untuk mendapatkan “tawa terakhir” didasarkan pada gagasan bahwa setiap orang yang bersaing untuk tujuan tertentu cenderung tertawa setelah mencapainya. Dalam pengertian ini, orang yang tertawa terakhir adalah orang yang mencapai kemenangan akhir, atau yang lebih unggul dari orang lain dalam menyelesaikan suatu tujuan.
Asal usul frasa “tertawa terakhir” berasal dari frasa yang lebih panjang yang muncul dalam berbagai bentuk di berbagai waktu. Salah satu inkarnasi tertua dari frasa tersebut dapat ditemukan dalam drama Inggris dari sekitar tahun 1607 berjudul “The Christmas Prince,” di mana dikatakan, “Dia yang tertawa paling baik yang tertawa sampai akhir.” Ungkapan ini mungkin telah populer digunakan pada saat itu, tetapi ini adalah salah satu catatan tertua tentang penggunaannya. Meskipun tidak menggunakan kata-kata yang tepat “tertawa terakhir”, ungkapan ini tetap digunakan dan berubah seiring waktu.
Versi yang lebih baru dari frasa atau idiom ini biasanya mencakup frasa yang lebih modern tetapi memberikan sentimen dasar yang sama. Misalnya, ungkapan modern termasuk “Dia yang tertawa paling lama, siapa yang tertawa terakhir” dan “Dia yang tertawa terakhir, tertawa paling lama.” Kedua ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan gagasan bahwa seseorang yang paling terakhir tertawa, atau yang paling lama tertawa, bagaimanapun juga adalah orang yang paling berhasil atau berhasil. Konsep yang sama ini telah dipersingkat dan diperluas ke frasa kata benda yang lebih sederhana, “tertawa terakhir,” yang biasanya dikaitkan dengan seseorang, seperti “Dia yang tertawa terakhir.”
Dalam penggunaan populer, seseorang yang mendapatkan “tawa terakhir” biasanya dapat berhasil meskipun mengalami kegagalan sebelumnya, yang menyiratkan bahwa dia telah ditertawakan sebelumnya. Seorang wiraniaga, misalnya, mungkin menjadi bagian dari kompetisi besar untuk mendapatkan penjualan terbanyak dalam sebulan guna memenangkan hadiah atau membayar bonus. Jika wiraniaga itu telah berjuang untuk menjual produk sepanjang bulan, maka orang lain bisa “tertawa” dalam kemenangan karena mereka menjual lebih banyak barang atau mendapatkan lebih banyak uang melalui penjualan. Penjual tersebut dapat memiliki “tawa terakhir”, namun, jika dia berhasil membuat penjualan yang luar biasa dalam beberapa hari terakhir dalam sebulan, yang memungkinkan dia untuk memenangkan kontes.