Antikonvulsan adalah jenis obat yang biasanya digunakan untuk mengobati individu epilepsi. Karena penelitian terbaru, antikonvulsan sekarang sedang diresepkan untuk individu yang menderita gangguan bipolar juga. Fungsi utama antikonvulsan adalah menghentikan penyebaran neuron yang tidak teratur di dalam otak. Karena neuron menciptakan impuls elektrokimia, yang menghasilkan suasana hati dan reaksi fisik yang berbeda, neuron yang berlebihan menghasilkan emosi yang campur aduk, sinyal silang, dan kejang atau kecemasan.
Ada banyak jenis antikonvulsan di pasaran. Beberapa kategori obat ini termasuk barbiturat, bromida, karbomat, dan banyak lainnya. Termasuk dalam setiap kategori obat adalah banyak nama merek seperti Primidone™ dan Valpromide™. Tak satu pun dari obat-obatan ini dapat diperoleh tanpa resep medis.
Kontroversi seputar konsumsi obat antikonvulsan oleh wanita hamil telah memicu sejumlah besar perdebatan global. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak yang belum lahir dapat menderita cacat lahir karena obat antikonvulsan. Ini menimbulkan masalah besar yang berkaitan dengan wanita epilepsi dan kehamilan. Wanita epilepsi yang ingin memiliki anak harus berkonsultasi dengan dokter medis untuk memastikan pemantauan yang cermat selama kehamilan.
Kebanyakan dokter lebih suka menggunakan satu jenis obat untuk mengendalikan epilepsi. Faktanya, mencampur terlalu banyak obat antikonvulsan bukanlah ide yang baik. Sementara pasien mungkin harus mencoba obat yang berbeda untuk menemukan obat yang tepat, seorang dokter medis yang terlatih hampir tidak akan pernah meresepkan lebih dari satu obat epilepsi.
Saat ini, tidak ada obat untuk epilepsi, meskipun banyak obat modern secara efektif mengendalikan serangan epilepsi. Dengan menggabungkan jenis obat ini dengan diet dan olahraga yang tepat, sebagian besar pasien epilepsi dapat hidup normal. Namun, ada beberapa efek samping yang terkait dengan antikonvulsan modern yang harus diperhatikan oleh semua pengguna.
Iritabilitas, mual, ketidakseimbangan, dan hiperaktif adalah efek samping yang umum. Dalam beberapa kasus, antikonvulsan dapat memiliki dampak negatif pada sel darah. Ketika gangguan jenis ini terjadi, gejala seperti sakit tenggorokan, sariawan, dan memar dapat terjadi. Jika salah satu dari gejala ini muncul, dokter harus segera dihubungi.
Tingkat darah harus dipantau secara teratur untuk memastikan bahwa dosis yang tepat dari obat antikonvulsan telah ditentukan. Tes tingkat darah ini memungkinkan dokter untuk mengubah jumlah dosis yang sesuai. Sementara sebagian besar antikonvulsan modern aman, efek samping yang disebutkan di atas harus dipertimbangkan. Seperti halnya obat lain, reaksi alergi juga mungkin terjadi saat mengonsumsi semua jenis antikonvulsan.